Sjumandjaja, Sutradara yang Viralkan Tokoh Si Doel

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Mantan Gubernur Banten Rano Karno boleh berkata bahwa dia lah yang menghidupkan tokoh fiksi anak Betawi bernama Doel yang kondang itu. Tetapi politisi PDIP tersebut mungkin tidak bisa menyatakannya sekarang jika almarhum Sjumandjaja tidak menyutradarai film “Si Doel Anak Betawi” tahun 1972.

Itulah tokoh Doel pertama kali diperankan oleh Rano Karno yang saat itu masih berusia belasan tahun.

Pada film itu, Sjumandjaja yang akrab dipanggil Manjoy, memasangkan Rano dengan ayahnya, Soekarno M Noor. Peran keduanya tetap sebagai ayah dan anak di film yang lebih ber-genre drama ketimbang komedi seperti kita kenal belakangan.

Bukan sekali itu saja almarhum membuat film kehidupan si Doel. Pada 1976 dia membuat film sekuelnya dengan judul “Si Doel Anak Modern.” Namun, saat itu peran Si Doel diserahkan kepada aktor betawi kondang Benyamin Sueb, dan mulailah genre film Si Doel mengarah ke komedi.

Meski begitu peran Rano sebagai si Doel masa kecil tidak pernah hilang dari benak pecinta film. Sebab, “Si Doel Anak Betawi” menjadi film keluarga yang laris ditonton pada masanya.

Di kalangan sineas Sjumandjaja memang dikenal sebagai sutradara ‘pekerja keras’ dan serius pada pekerjaannya sebagai seniman film.

Hal itu dibuktikannya dengan lima penghargaan film dalam bentuk Piala Citra. Kelimanya adalah

  • Piala Citra – Kategori Cerita Asli Terbaik di Festival Film Indonesia 1976 – Laila Majenun
  • Piala Citra – Kategori Cerita Asli Terbaik di Festival Film Indonesia 1977 – Si Doel Anak Modern
  • Piala Citra – Kategori Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 1977 – Si Doel Anak Modern
  • Piala Citra – Kategori Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 1984 – Budak Nafsu
  • Piala Citra – Kategori Cerita Asli Terbaik di Festival Film Indonesia 1985 – Kerikil-Kerikil Tajam

Julukan sutradara ‘pekerja keras’ itu juga yang membuat Manjoy harus mengakhiri hidupnya karena penyakit liver yang dideritanya selama lebih dari lima tahun.

Namun darah seni Manjoy diturunkan kepada dua anaknya Wong Aksan dan Djenar Maesa Ayu. Mereka merupakan hasil perkawinan almarhum dengan dua perempuan.

Aksan yang pernah menjadi drummer Dewa 19 itu lahir dari rahim Farida Oetojo yang dinikahinya pada 1962, setelah mereka bertemu setahun sebelumnya di Rusia. Keduanya sedang bersekolah di sana, Sjumandjaja mendalami sinematografi, sedangkan Farida di Akademi Tari Bolshoi.

Sementara penulis Djenar Maesa Ayu lahir dari rahim Tutie Kirana yang dinikahinya pada 1974 atau setahun setelah Manjoy bercerai dari Farida.

Pernikahannya dengan Tutie juga tidak bertahan lama. Pada 1975 mereka bercerai dan Sjumandjaja tidak menikah lagi hingga 1984, ketika itu liver yang berkomplikasi dengan kadar gula darah yang tinggi sudah akrab dalam hidup Sjumandjaja.

Namun, Allah SWT berkata lain pada 1984, bekas ratu renang yang terjun ke dunia film Zoraya Perucha jatuh ke pelukan si Manjoy yang sudah pasrah dengan penyakitnya waktu itu.

Sjuman semakin memperdalam ilmu agama di hari-hari terakhirnya hingga dia berpulang pada 19 Juli 1985 di usia 50 tahun. Pernikahannya dengan Ucha -begitu panggilan akrab Zoraya- tidak dikarunai anak.

Beberapa saat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Sjumandjaja berhasil berhasil menyelesaikan film terakhirnya, “Opera Jakarta” yang dibintangi Zoraya Perucha.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

AMN Manado Bangkitkan Etos Pemuda Jadi Cendekia Cerdas dan Terhormat

Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Manado membangkitkan etos para pemuda untuk menjadi cendekia yang cerdas dan terhormat, sehingga mereka terampil...
- Advertisement -

Baca berita yang ini