MATAINDONESIA, MANOKWARI – Dalam dua tahun terakhir, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Manokwari mencatat intensitas gempa di Bumi Cendrawasih semakin sering dan banyak.
Kepala BMKG Manokwari, Papua Barat Denny Putiray mengungkapkan peningkatan tersebut jelas terasa jika dibandingkan dengan gempa yang melanda daerah paling timur Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013 misalnya, Provinsi Papua dan Papua Barat mengalami 59 kali gempa dengan pembagian 18 kali di Papua Barat dan 41 di Papua. Tahun berikutnya jumlah guncangan itu lebih sedikit yaitu 42 kali.
Sementara pada 2015 naik lagi menjadi 62 kali gempa di kedua provinsi tersebut. Lalu sedikit turun pada 2016 menjadi 58 kali.
Namun, meningkat drastis pada 2017 dengan angka 93 kali gempa yaitu terjadi 63 kali di Papua Barat dan 24 di Papua.
Tahun 2018 intensitasnya tambah meningkat menjadi 154 kali gempa dan Papua Barat menjadi yang terbanyak mengalami yaitu 116 kali gempa.
Peningkatan lebih tinggi bakal terjadi pada tahun ini, sebab sejak Januari hingga 1 Agustus 2019 ini di kedua provinsi tersebut sudah tercatat dihantam 125 kali gempa bumi. Lagi-lagi Papua Barat paling banyak dengan 87 guncangan.
“Ini baru pertengahan tahun tapi peningkatannya sudah cukup lumayan tinggi. Berdasarkan data tahun ini gempa lebih banyak terjadi di wilayah Sorong dan Kaimana,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Manokwari, Papua Barat Denny Putiray, Kamis 1 Agustus 2019.
Menurutnya, gempa yang terjadi di kedua provinsi tersebut dipengaruhi aktivitas empat lempeng bumi yakni lempeng Asia, Australia, Pasifik serta lempeng kecil Filipina.
Belakangan ini, sesar Sorong tercatat yang paling aktif begerak. Namun Denny tetap mewaspadai sesar lainnya yang bisa saja menggeliat kapanpun seperti Ransiki, Tambrauw dan Kaimana.
Salah satu bentuk kewaspadaan itu adalah membangun rumah dengan konstruksi yang benar-benar tahan gempa.
