Rupiah Tengah Terpuruk, Haruskah Investor Lepas Dolar dan Mata Uang Lainnya?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Merebaknya wabah corona (COVID-19) ikut melemahkan perekonomian global. Imbasnya juga ikut dirasakan Indonesia lewat terpuruknya kurs rupiah atas dolar AS. Sebagai informasi, akhir perdagangan Jumat 20 Maret 2020, rupiah ditutup pada posisi Rp 15.925 per dolar AS atau melemah 0,16 persen.

Maka muncul anjuran bagi para investor lokal untuk segera menjual dolar dan mata uang asing lainnya untuk menstabilkan laju rupiah. Apakah ini bisa menjadi solusi yang efektif di tengah merebaknya corona?

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, hal tersebut bisa saja menjadi salah satu solusi. Agar dapat dipraktekan oleh para pengusaha, maka perlu ada intervensi dari pemerintah.

“Semua tergantung ketegasan pemerintah karena kalau praktik free market masih berlaku, maka mata uang dolar AS masih menjadi mata uang utama yang digunakan dalam menjalankan segala transaksi perdagangan internasional,” ujarnya kepada Mata Indonesia, Sabtu 21 Maret 2020.

Sementara Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim justru memiliki pendapat yang agak berbeda. Ia mengatakan, menjual valuta asing bisa menjadi buah simalakama di kalangan investor. Alasannya karena sepanjang bulan ini dan bulan April mendatang adalah musim bagi-bagi dividen bagi sejumlah perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

“Kebetulan para investornya dari luar dan transaksinya menggunakan dolar. Justru kalau mereka lepas sekarang malah akan bikin rupiah makin terpuruk,” katanya.

Ibrahim pun menilai pelemahan ekonomi ini tak hanya dialami oleh Indonesia saja, tapi juga dirasakan oleh negara lain. Pun yang bikin rupiah terdepresiasi karena kepanikan investor asing terhadap penyebaran wabah corona di dalam negeri yang terus bertambah. Di mana yang meninggal masih bertambah, sementara yang sembuh masih sedikit.

“Mereka masih mengamati upaya dari pemerintah Indonesia dalam menangani wabah ini. Kita masih dalam tahap berjuang melawan wabah ini, sementara negara lain seperti Singapura sudah sampai pada tahap antisipasi sehingga jumlah korban yang meninggal lebih sedikit dibanding yang sembuh,” ujarnya.

Sebagai catatan, per Sabtu ini jumlah kasus positif corona di Indonesia bertambah jadi 450 orang. 38 meninggal dunia dan 20 sembuh.

Sementara di Singapura, ada 385 kasus positif corona. Dari jumlah tersebut, 131 pasien dinyatakan pulih dan 2 orang meninggal dunia pada Sabtu ini.

Namun Ibrahim tetap optimis dengan kondisi perekonomian Indonesia ke depan. Ia mengatakan laju rupiah akan kembali normal, tergantung upaya pemerintah dalam meminimalisir penyebaran wabah ini.

Ia juga menilai fundamental perekonomian Indonesia masih cukup stabil. Berkaca dari besaran suku bunga acuan setiap bank sentral di dunia, kata Ibrahim, suku bunga acuan Indonesia yang saat ini sudah dipangkas ke level 4,5 persen masih lebih baik ketimbang suku bunga acuan Bank Sentral AS yang dipangkas menjadi 0 persen-0,25 persen.

“Ini berarti Indonesia masih cukup potensial bagi investor untuk masuk berinvestasi di sini. Kita hanya berharap wabah ini bisa diantisipasi secara cepat dan investor asing bisa masuk kembali ke pasar kita dan rupiah akan kembali pulih,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini