Prancis Tidak Dapat Hidup dalam Ketakutan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Seluruh sekolah di Prancis turut mengheningkan cipta selama satu menit pada Senin (2/11), untuk mengenang Samuel Paty –guru yang dipenggal oleh seorang remaja lantaran penggunaan kartun yang mengejek Nabi Muhammad SAW.

Samuel Paty merupakan seorang guru sejarah. Ia mengadakan diskusi kelas untuk mata pelajaran pendidikan moral dan kewarganegaraan mengenai kebebasan berbicara dan berekspresi. Dalam diskusinya, Paty menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW dari majalah Charlie Hebdo yang memicu kemarahan.

Usai tragedi pembunuhan Paty pada 16 Oktober, sekitar 12 juta siswa kembali ke sekolah untuk yang pertama kalinya. Isabelle Leborgn, seorang guru menengah atas di kawasan Barat Prancis mengatakan ia memberi waktu untuk muridnya mengajukan pertanyaan seputar insiden yang cukup menggemparkan itu.

“Siswa saya perlu mengungkapkan apa yang ada di pikiran mereka. Beberapa orang berpikir bahwa itu adalah kesalahan agama. Ada banyak hal yang perlu direnungkan,” kata Isabelle Leborgn, melansir Reuters, Selasa, 3 November 2020.

Serangan terhadap Paty, satu serangan di Gereja Notre-Dome Basillica di Kota Nice, dan terbaru serangan terhadap Pastor Kristen Ortodoks di Kota Lyon dalam dua minggu terakhir membuat warga Prancis gelisah.

Rentetan kejadian di atas membuat Pemerintah Prancis meningkatkan keamanan dalam negerinya. Setidaknya 7 ribu pasukan tentara dikerahkan untuk menjaga keamanan gereja di Prancis.

“Selalu ada di benak Anda bahwa kita hidup dalam masyarakat di mana terdapat potensi risiko. Tetapi kita tidak bisa hidup dalam ketakutan,” kata Clement, seorang siswa di tempat Leborgn mengajar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Seluruh Pihak Harus Terima Hasil Putusan Sidang MK

Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di ruang sidang lantai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini