Perang Tarakan Bukan untuk Kedaulatan Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Di antara perang era kemerdekaan Indonesia, ada pertempuran yang terjadi bukan demi kepentingan kedaulatan tetapi karena minyak bumi.  Itulah Pertempuran Tarakan yang terjadi dua kali 1942 dan yang berakhir 19 Juni 1945 sebagaimana tujuan Jepang memenangi perang Pasifik.

Minyak yang diduga menjadi alasan Jepang dan Belanda menguasai Pasifik termasuk Tarakan. Maka, Jepang merebut Tarakan yang dibangun Belanda sekitar 1923 sebagai daerah industri minyak.

Namun perebutan pulau seluas sekitar 658 kilometer persegi itu mendapat perlawanan keras dari pasukan Belanda yang dibantu KNIL pada 12 Januari 1942 berhasil menenggelamkan dua kapal perang Jepang.

Dikabarkan Jepang akhirnya menguasai pulau dan menghasilkan minyak 350.000 barel setiap bulan. Padahal saat masih dikuasai Belanda hanya mengeluarkan 80 ribu ton saja.

Namun, Jepang hanya menguasainya selama tiga tahun seiring dengan kekuasaannya di Hindia Belanda.

Di mulai pada 1 Mei 1945 dengan pendaratan amfibi pasukan Australia dengan nama sandi Operasi Obo Satu, sekutu membantu Belanda berupaya merebut kembali Tarakan.

Pada tanggal itu, Tarakan digempur 20.000 serdadu Australia melawan sisa pasukan Jepang yang tinggal 2.000 orang saja.

Tetapi, mereka memberikan perlawanan gigih sampai mati sehingga Tarakan baru bisa dikuasai sekutu pada 19 Juni 1945. Padahal, pasukan sekutu saat itu dipimpin jenderal legendarisnya, MacArthur.

Belanda hanya menguasai ladang minyak itu hingga 1949 karena setelah itu kerajaan itu mengakui kedaulatan negara Indonesia pada perjanjian Konferensi Meja Bundar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini