Penutupan Sore ini Rupiah Tumbang, Apa Sebabnya?

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah di akhir perdagangan awal pekan ini, Selasa 20 Agustus 2019. Rupiah tercatat di posisi Rp 14.260 per dolar Amerika Serikat (AS) atau turun 0,18 persen dari posisi penutupan perdagangan Senin kemarin.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan dolar AS di posisi Rp14.262 per dolar AS atau menguat dibanding kemarin yakni Rp14.203 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14. 235 hingga Rp14.273 per dolar AS.

Mengutip data dari RTI Business, sebagian besar mata uang utama Asia malah menguat terhadap dolar AS, Seperti dolar Singapura menguat sebesar 0,07 persen, yen Jepang menguat sebesar 0,23 persen. Cuma yuan China melemah sebesar 0,21 persen,

Sejumlah mata uang negara maju juga bergerak variatif. Yang mencatatkan penguatan atas dolar AS cuma dolar Australia yang menguat sebesar 0,15 persen. Sementara Euro melemah sebesar 0,01 persen dan poundsterling yang melemah sebesar 0,27 persen.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri di antaranya sebagai berikut.

Pertama, ada  harapan bagi investor karen para pembuat kebijakan di seluruh dunia akan melepaskan stimulus baru mendorong peningkatan selera untuk aset berisiko dan mengangkat hasil obligasi pemerintah AS.

“Imbal hasil patokan AS Treasury menarik diri dari posisi terendah tiga tahun, sebagian dibantu oleh prospek Jerman mengabaikan aturan anggaran berimbang untuk meningkatkan pengeluaran dan pada langkah-langkah dukungan ekonomi yang lebih oleh Cina,” ujarnya Selasa sore ini.

Kedua, dari Pemilu Italia. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dijadwalkan untuk berbicara pada sore hari dan diperkirakan akan mengundurkan diri menjelang pemungutan suara tidak percaya yang telah dipanggil oleh partai Lega sayap kanan, anggota junior dari koalisi pemerintahan.

“Pemilihan cepat adalah satu kemungkinan, tetapi ada juga kemungkinan bahwa Presiden Sergio Mottarella akan meminta partai-partai di parlemen untuk membentuk pemerintahan baru,” kata dia.

Ketiga, Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz menyatakan Berlin bakal menyediakan tambahan belanja senilai 50 miliar euro (55 miliar dolar AS) atau setara dengan 791 triliun Rupiah. Tambahan ini dipastikan akan membantu mempercepat perputaran roda perekonomian terbesar di zona Euro tersebut.

Keempat, pemerintah China telah mengumumkan rencana reformasi penetapan suku bunga acuan, yang akan berlaku efektif pada Selasa, 20 Agustus ini. Hari ini, People Bank of China (PBoC) untuk pertama kalinya akan mengumumkan Loan Prime Rate (LPR) secara bulanan dengan mekanisme yang baru.

Kelima, pekan ini, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menggelar pertemuan tahunan di Jackson Hole. “Pertemuan ini sangat dinanti oleh pelaku pasar, yang sedang mencari petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga acuan,” kata Ibrahim.

Sementara dari dalam negeri, sentimennya datang dari sikap investor yang menantikan rapat bulanan Bank Indonesia (BI) untuk menentukan suku bunga acuan.

“Berdasarkan konsensus sementara, BI diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75 persen. Namun suara pasar terbelah, yang meramal BI 7 Day Reverse Repo rate diturunkan 25 bps menjadi 5,5 persen tidaklah sedikit,” ujar Ibrahim.

 

Berita Terbaru

Pelantikan dan Pengukuhan 27 Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Pemprov NTT

Mata Indonesia, Kupang - Sebanyak 27 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dilantik dan dikukuhkan oleh Penjabat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini