Penggunaan Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Disetop

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK – Khawatir menimbulkan dampak yang merugikan,  Badan kesehatan federal Amerika Serikat,  Selasa 13 April 2021 merekomendasikan untuk menghentikan penggunaan vaksin COVID-19 produksi Johnson & Johnson, setidaknya selama beberapa hari. Keputusan itu dilakukan setelah enam wanita di bawah usia 50 tahun mengalami pembekuan darah langka setelah menerima suntikan.

Johnson & Johnson menyatakan akan menunda peluncuran vaksin ke Eropa, seminggu setelah regulator di sana mengatakan meneliti gumpalan darah langka di empat penerima suntikan di Amerika Serikat. Afrika Selatan juga menangguhkan penggunaan vaksin Johnson & Johnson.

Penjabat Komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Janet Woodcock mengatakan, penghentian sementara bertujuan untuk memberikan informasi kepada penyedia layanan kesehatan tentang cara mendiagnosis dan mengobati gumpalan.

FDA mengatakan ada satu kematian yang dilaporkan akibat kondisi pembekuan darah yang langka di antara penerima vaksin J&J , sementara satu orang lagi dalam kondisi kritis.

Gedung Putih mengatakan jadwal penerimaan suntikan J&J dijadwalkan ulang di seluruh negeri ke opsi vaksin lainnya.

”Kami memiliki lebih dari cukup pasokan vaksin Pfizer dan Moderna untuk melanjutkan kecepatan saat ini sekitar 3 juta suntikan per hari, dan itu menempatkan kami pada kecepatan yang baik untuk memenuhi target Presiden 200 juta suntikan dalam 100 hari pertamanya menjabat,” kata Koordinator COVID-19 Gedung Putih, Jeff Zients,

Pejabat FDA, Peter Marks mengatakan “sangat jelas” kasus J&J sangat mirip dengan kasus AstraZeneca. Dia mengatakan tidak ada kasus pembekuan darah serupa yang dilaporkan di antara penerima vaksin Moderna atau Pfizer-BioNTech, yang menggunakan teknologi berbeda dan sejauh ini merupakan sebagian besar vaksinasi AS.

Sebelumnya, regulator Eropa mengatakan awal bulan ini bahwa mereka telah menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin COVID-19 AstraZeneca dengan masalah pembekuan darah langka yang menyebabkan sejumlah kecil kematian.

Pakar imunologi menggarisbawahi risiko yang ditimbulkan vaksin J&J  sangat rendah. Menurutnya, risikonya lebih rendah daripada risiko pembekuan dari kontrasepsi oral.

“Bahkan jika secara kausal dikaitkan dengan vaksin: 6 kasus dengan sekitar 7 juta dosis bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan,” kata Dr Amesh Adalja, pakar penyakit menular di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins di Baltimore.

Dia menyatakan keprihatinan bahwa penundaan vaksinasi itu dapat meningkatkan keraguan warga untuk divaksinasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini