Pemerintah dan Aparat Harus Gunakan Strategi Baru Untuk Menangkap Ali Kalora

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pasukan khusus TNI dikerahkan untuk memburu kelompok sipil bersenjata pimpinan Ali Kalora pada Selasa, (1/12). Menurut, tim khusus TNI yang terdiri dari Kostrad dan Marinir ini bakal mengefektifkan pengejaran, pencarian, dan penumpasan kelompok MIT pimpinan Ali Kalora.

Selain itu, Polri juga telah menerjunkan Satuan Tugs (Satgas) Tinombala ke Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Presiden Jokowi sebelumnya sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis, dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, untuk mengatasi serangan teror di Sulawesi Tengah.

Selain itu, Presiden Jokowi juga meminta untuk mengusut tuntas pelaku teror hingga ke akar dan mengerahkan pasukannya menjaga kawasan yang menjadi sasaran teror.

Pengamat terorisme dan Koalisi Jaringan Masyarakat Sipil, Ridlwan Habib menilai aparat harus mengubah strateginya setelah hampir lima tahun gagal menangkap Ali Kalora yang diyakini bersembunyi di pedalaman hutan Palolo, Sulawesi Tengah.

Masalah ini kembali muncul setelah adanya pembunuhan empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Ridlwan Habib menyarankan pemerintah beserta aparat keamanan agar menggunakan strategi baru untuk menangkap Ali Kalora.

Operasi Tinombala telah berjalan hampir lima tahun, tapi belum berhasil menangkap pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Padahal berbagai cara telah dilakukan, seperti mencoba memakai thermal drone untuk memotret suhu panas tubuh. Tapi, ternyata ada kekeliruan karena suhu tubuh manusia mirip dengan kera atau monyet.

“Ketika mau menyerang dan mendekati ternyata segerombolan monyet besar,” ujar Ridlwan Habib.

Ridlwan mengatakan bahwa Ali Kalora dan anggotanya diuntungkan secara geografis, lantaran lokasi pergerakan mereka berada di pedalaman hutan yang sulit dijangkau. Selain itu, kelompok tersebut juga tidak menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi sehingga sulit dilacak.

Setia kepada ISIS

Sejauh pemantauan, tindakan merampok bahan pangan dan membunuh warga setempat sudah dua kali dilakukan sepanjang tahun ini. April lalu, seorang petani menjadi korban. Aksi itu direkam oleh kelompok jihadis di Indonesia dan luar negeri.

Tujuannya untuk memberi tahu kelompok teror di luar negeri tentang keberadaan mereka agar mendapatkan bantuan logistik dan sebagai bukti setia kepada ISIS.

“Ini bukan kelompok yang bisa digalang dengan lunak. Mereka ini prinsipnya membunuh atau terbunuh,” sambung Ridlwan Habib.

Utamakan pendekatan pidana untuk menangkap Ali Kalora

Di sisi lain, Koalisi Jaaringan Masyarakat Sipil menyerukan ke kepolisian agar mengutamakan pendekatan pidana, bukan militer untuk menangkap Ali Kalora.

Perwakilan dari YLBHI Muhammad Isnur, meminta agar peristiwa yang terjadi di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi tidak dijadikan justifikasi untuk melakukan kekerasan baru terhadap sipil. Karena, ini ranah keamanan, hukum pidana yang kendalinya berada di bawah kepolisian.

Pihaknya juga meminta pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan pemulihan kepada warga setempat serta membangun kembali rumah yang dibakar.

Apa strategi baru aparat keamanan?

Kapolda Sulawesi Tengah Rakhman Baso, menyatakan belum ada rencana penambahan pasukan untuk memburu Ali Kalora dan kelompoknya. Saat ini, tim gabungan TNI-Polri dalam Satgas Tinombala akan melakukan penyekatan di sekitar lokasi hutan Palolo, Kecamatan Sigi.

Adapun senjata yang akan digunakan kelompok teror itu adalah satu pucuk senjata laras panjang jenis M16 dan satu pucuk pistol.

Sementara di Dusun Lewonu Desa Lemba Ntonghoa, pihak kepolisian telah menempatkan anggotanya untuk melakukan pengamanan dan pemulihan psikis kepada para keluarga yang mengalami trauma.

Danrem minta masyarakat berhenti membantu kelompok Ali Kalora

Komandan Korem (Danrem) 132, Tadulako Farid Makruf, selaku Wadansatgas Operasi Tinombala, menyebut pasukan TNI-Polri telah disebar ke berbagai jalur yang bisa dilalui kelompok Ali Kalora di Gunung Biru.

Ia juga meminta masyarakat untuk berhenti membantu kelompok tersebut dengan memberi bahan makanan dan informasi keberadaan anggota TNI-Polri yang sedang melaksanakan pengejaran.

Bagaimana situasi sekarang?

Sekretaris Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi mengatakan sebagian warga masih mengungsi di beberapa lokasi pengungsian yang disiapkan pemerintah desa bersama TNI-Polri.

Menurutnya, kondisi di desa sudah mulai kondusif dan sebagian warga sudah ada yang kembali ke rumah. Sementara warga yang rumahnya berbatasan dengan hutan, masih khawatir untuk kembali dan memilih mengungsi di rumah warga yang agak jauh dari TKP.

Ia juga menuturkan, peristiwa perampokan dan pembunuhan oleh kelompok MIT itu pertama kali diketahui oleh Ulin yang merupakan anak dari korban Yasa.

Menurut Ulin, saat itu ia dan keluarganya yang tinggal di Dusun ST. 2 Lewono, tiba-tiba didatangi oleh beberapa orang yang tak dikenal. Beberapa orang itu menyandera keluarganya.

Melihat terjadi pembunuhan, ia pun lari menyelamatkan diri hingga ke Desa Lembontongoa. Warga sekitar dusun tersebut juga ikut melarikan diri ke Desa Lemban Tongoa karena takut.

 Reporter : Afif Ardiansyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini