MATA INDONESIA, SEMARANG – Penambahan program studi (Prodi) di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dinilai tepat oleh pakar keamanan siber DR Pratama Persadha. Sebab di masa depan kita akan lebih banyak menghadapi perang informasi dan ancaman pandemi seperti Covid19.
Pada September 2020 ini setidaknya STIN menambah lima Prodi baru yaitu intelijen medis, program S-1 dan S-2 intelijen siber, S-2 intelijen ekonomi dan S-3 ilmu intelijen strategis.
“Apalagi persaingan antarnegara kini tidak bisa lepas dari perang informasi, seperti antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang berlomba pada teknologi 5G (fifth generation),” kata Pratama Persadha, Jumat 11 September 2020.
Prodi intelijen medis akan dimulai akhir September 2020, sedangkan program lainnya dikembangkan tahun depan.
Pratama Persadha menilai di masa datang dibutuhkan SDM yang benar-benar mengerti situasi yang tidak bisa lepas dari wilayah siber.
Dia, seperti dilansir Antaranews menunggu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memasukkan lebih banyak konten pendidikan siber dalam kurikulum.
Pratama mengemukakan di era siber Indonesia dan negara-negara dunia menghadapi ancaman hybrid warfare (perang hibrid) maupun cyber warfare (perang maya).
Maka di masa datang akan sangat dibutuhkan SDM pertahanan, keamanan, dan intelijen yang melek teknologi siber, mengerti, dan bisa melakukan pertahanan maupun serangan siber.
Dalam jangka panjang, Pratama berharap SDM tersebut tidak hanya menjadi eksekutor, tetapi juga bisa berada di garis depan dalam pembentukan regulasi siber yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia.
