Pakar: OPM Sudah Tamat, Masyarakat Papua Lebih Cinta NKRI

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Minggu 1 Desember 2019 lalu tepat ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang ke 54. Namun, warga Papua lebih memilih beribadah di gereja.

Mereka menolak berkumpul mengikuti ajakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menimbulkan kerusuhan seperti tahun-tahun sebelumnya. Suasana Papua pun tampak aman dan damai.

Menyikapi kondisi tersebut, analis konflik dan terorisme Alto Luger menyatakan bahwa euforia 1 Desember tahun ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Alasannya karena (masyarakat di sana) menganggap OPM dan kelompok-kelompok pro kemerdekaan Papua Barat lainnya yang bertanggung jawab atas kerusuhan dan pertumpahan darah di Wamena beberapa waktu lalu,” ujarnya kepada MINEWS, Senin 2 Desember 2019.

Kata Alto, OPM yang sebelumnya dianggap sebagai organisasi yang memperjuangkan kepentingan orang Papua, malah menciptakan keadaan yang merugikan orang Papua sendiri. “Relevansinya sebagai organisasi pejuang Papua itu jatuh dan hilang,” katanya.

Selain itu, ultah OPM yang terabaikan itu merupakan hasil dari pendekatan yang diterapkan pemerintah untuk Papua. Pemerintahan Jokowi lebih mengedepankan operasi intelijen.

Jokowi pun meninggalkan operasi militer yang cenderung represif dan berpotensi menimbulkan ‘collateral damage’ dari rakyat sipil di Papua, yang secara tidak langsung merugikan pemerintah Indonesia.

Alto pun mengapresiasi pendekatan yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi saat ini terhadap Papua. Kata dia, upaya pemerintah yang lebih melakukan pendekatan humanis, dengan sendirinya meningkatkan rasa cinta tanah air orang Papua terhadap Indonesia.

“Dua kondisi ini memberi kontribusi terhadap berkurangnya simpati orang di Papua terhadap OPM sehingga perayaan tanggal 1 desember menjadi tidak signifikan lagi,” ujarnya.

Alto juga mengatakan, sebenarnya kecintaan orang Papua akan Indonesia itu cukup tinggi. Bahkan itu tercermin dalam UU Otsus Papua. Di mana definisi orang asli Papua, salah satunya adalah orang pendatang yang sudah diangkat sebagai orang Papua oleh tokoh-tokoh atau kepal suku di Papua.

“Ini adalah contoh jelas bahwa orang Papua itu cinta Indonesia, sampai mau mengakui orang pendatang untuk dianggap sebagai orang Asli Papua,” katanya.

Lebih lanjut Alto mengatakan, strategi yang dilakukan pemerintah untuk melawan kelompok separatis di Papua itu sudah tepat. Bahkan kata dia, pemerintah akan melakukan klasifikasi ancaman. Ancaman kelompok kriminal bersenjata yang melakukan teror dan kekerasan di Papua akan dihadapi juga dengan cara-cara yang tegas dan proporsional.

“Saya yakin, upaya yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan jajarannya untuk memajukan Papua akan membuat gerakan-gerakan separatis menjadi kehilangan bahan jualan mereka,” ujarnya.

Tak hanya itu, apa yang dilakukan pemerintah di Papua juga akan berpengaruh dengan penguatan diplomasi di tingkat Internasional. Negara-negara yang selama ini memberi ruang bagi kelompok separatis Papua untuk tetap eksis, tentu secara perlahan akan melihat bahwa apa yang kelompok separatis kampanyekan adalah sudah tidak relevan lagi.

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini