Nah Kan! Akhir Pekan Rupiah Terperangkap di Zona Merah

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup di zona merah pada perdagangan akhir pekan, 29 November 2019. Mengutip RTI Bussines, rupiah ditutup di posisi Rp 14.105 atau turun 0,11 persen.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah Jumat sore ini disebabkan oleh sejumlah sentimen dari luar di antaranya sebagai berikut.

Pertama, soal perjanjian dagang antara AS dan Cina. Di satu sisi, perjanjian tersebut masih dalam proses negosiasi. Namun, di sisi lain, Cina dikabarkan menentang keras soal persetujuan Trump atas undang-undang yang mendukung pemrotes pro-demokrasi HongKong pada Rabu kemarin.

Kedua, Bank Sentral AS (The Fed) terlihat optimis atas kekuatan pasar tenaga kerja yang diperkirakan akan memicu perubahan dalam investasi bisnis. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap kebijakan terkait suku bunga.

“Di satu sisi para pelaku pasar berharap The Fed menaikan suku bunga. Namun sebagian besar juga berharap agar suku bunga tetap stabil,” ujar Ibrahim sore ini.

Ketiga, soal Brexit. Partai Konservatif diprediksi berpeluang besar untuk meraup suara tertinggi pada pemilihan Inggris bulan depan. Jika, menang maka akan memberi jalan bagi Perdana Menteri Boris Johnson untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari 2020 nanti.

Sementara dari internal, laju rupiah masih dibayangi oleh rencana Menkeu Sri Mulyani untuk menerapkan kebijakan tax amnesty jilid II, Namun kebijakan tax amnesty ini akan bisa berjalan jika didukung oleh berbagai pihak sehingga target pemerintah akan tercapai.

“Informasi ini membuat pelaku pasar kembali percaya terhadap perekonomian dalam negeri sehingga wajar kalau arus modal asing kembali masuk ke pasar valas dan obligasi,” kata Ibrahim.

Selain itu, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh laju inflasi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi periode November pada awal pekan depan.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi November adalah 0,2 persen secara bulanan (MoM) dan 3,065 persen secara tahunan (YoY). Sementara inflasi inti diramal 3,16 persen secara tahunan.

Konsensus tersebut menunjukkan terjadi perlambatan laju inflasi. Pada September, BPS mencatat inflasi sebesar 0,02 persen MoM, 3,13 persen YoY, dan inflasi inti 3,2 persen YoY.

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini