Nadiem Makarim Sebut Alasan Bikin POP, Bukan untuk Bagi-Bagi Uang

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim akhirnya mengungkapkan alasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membangun program organisasi penggerak (POP) yang belakangan menjadi polemik.

Lelaki yang lebih suka dipanggil Mas Menteri itu mengungkapkan POP adalah program untuk mencari inovasi yang bisa diterapkan dalam skala nasional.

Untuk menemukan inovasi itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengajak organisasi penggerak pendidikan.

“Hanya satu misi program kami yaitu mencari jurus dan pola terbaik untuk mendidik penerus negeri ini,” ujar Nadiem yang dikutip Rabu 29 Juli 2020.

Ada tiga kategori peserta POP yang mendapat uang miliaran rupiah. Pertama kategori Gajah dengan sasaran lebih dari 100 satuan pendidikan dan memperoleh bantuan maksimal Rp 20 miliar per tahun sebanyak 29 organisasi.

Kategori Macan, dengan sasaran 21 sampai dengan 100 satuan pendidikan dan memperoleh bantuan maksimal Rp 5 miliar per tahun, sebanyak 42 organisasi.

Terakhir kategori Kijang dengan sasaran lima sampai dengan 20 satuan pendidikan dan memperoleh bantuan maksimal Rp 1 miliar per tahun, sebanyak 113 organisasi.

Polemik muncul karena dua peserta POP yaitu yayasan milik konglomerat Tanoto dan Sampoerna Foundation ikut mendapat dana tersebut.

Dengan munculnya polemik di masyarakat belakangan ini, Nadiem memutuskan menunda serta melakukan evaluasi lanjutan program tersebut.

Kedua yayasan itulah yang membuat Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama bahkan PGRI memutuskan keluar dari program tersebut dengan tiba-tiba. Sementara polemik tersebut sekarang sudah mulai memasuki ranah politis.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Program AMANAH Kembangkan SDM Muda Kelola Potensi Kekayaan Aceh

Program Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat (AMANAH) mampu mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) muda di Tanah Rencong...
- Advertisement -

Baca berita yang ini