Meski Ekonomi di Ambang Kehancuran, Opium di Afghanistan Berjaya

Baca Juga

MATA INDONESIA, KANDAHAR – Penjual opium di Afghanistan mengaku harga produk mereka telah melonjak sejak Taliban kembali berkuasa. Meskipun ekonomi negara itu berada di ambang kehancuran, pengedar narkoba di selatan Afghanistan mengatakan harga resin opium meroket hampir tiga kali lipat.

“Itu haram (dilarang) dalam Islam, tapi kami tidak punya pilihan lain,” kata seorang penjual opium Masoom, di pasar, di dataran gersang Howz-e-Madad, provinsi Kandahar, melansir The National News.

Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus, harga opium – yang disuling menjadi heroin, meningkat lebih dari tiga kali lipat. Masoom mengatakan penyelundup sekarang membayarnya 100 USD per kilogram atau sekitar1,4 juta Rupiah.

Masoom mengungkapkan bahwa harga opium sebelum Taliban kembali menguasai Afghanistan hanya sepertiga dari apa yang bisa dia hasilkan hari ini.

Seorang petani opium, Zekria menegaskan bahwa harga telah mengalami lonjakan. Dia juga mengatakan bahwa saat ini ia bisa menghasilkan lebih dari 145 USD per kilogram atau sekitar 2,1 juta Rupiah.

Cuaca, ketidakamanan, kerusuhan politik dan penutupan perbatasan semua dapat mempengaruhi harga opium. Sebelumnya, Taliban menyatakan bahwa pihaknya menginginkan produksi dan bisnis opium tumbuh subur di Afghanistan.

Tetapi Zekria yang berusia 40 tahun dan telah menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan menanam bunga poppy –seperti kakek dan ayahnya, itu tidak percaya Taliban dapat mengakhiri penanaman bunga poppy di negara itu.

Tahun 2000, Taliban melarang penanaman opium dan menyatakan bahwa opium dilarang dalam agama Islam. Kelompok ini bahkan hampir memusnahkan tanaman itu.

Lengsernya Taliban pada 2001 dan invasi Amerika Serikat ke Afghanistan membuat pertanian opium kembali berkembang. Bahkan Barat menggelontorkan jutaan USD untuk mendorong tanaman non-narkotika seperti kunyit.

Produksi opium Afghanistan sejak itu tetap tinggi dari tahun ke tahun. PBB mengatakan sekitar 6.300 ton opium diproduksi tahun lalu dengan pendapatan senilai 2 miliar USD.

Tapi seperti banyak petani di selatan, Masoom mengatakan itu tidak akan pernah bisa diberantas. “Kami tidak dapat menumbuhkan apa pun sekarang,” kata Masoom.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pelantikan dan Pengukuhan 27 Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Pemprov NTT

Mata Indonesia, Kupang - Sebanyak 27 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dilantik dan dikukuhkan oleh Penjabat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini