Meski Dana Riset Terbatas, Menristek Bambang Brodjonegoro Tak Kehabisan Akal

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Menristek Bambang Brodjonegoro mengakui, anggaran riset di Indonesia terbatas, karena hanya didominasi dari APBN saja. Namun, ia tak kehabisan akal untuk persoalan tersebut.

Bambang berkata, kegiatan riset di Indonesia masih terus bisa dilakukan secara optimal, dengan kolaborasi dalam negeri dan internasional.

“Kata kunci dari kegiatan riset hari ini itu adalah kolaborasi baik kolaborasi antar individu, kolaborasi antar bidang ilmu, kolaborasi antarinstitusi seperti antar fakultas antar universitas kemudian universitas dengan lembaga penelitian dan berbagai macam kolaborasi lainnya,” kata Bambang di Jakarta, Kamis 18 Februari 2021.

Ia menyebut, jika hanya mengandalkan dana dari dalam negeri, maka Indonesia akan sulit mencapai hal-hal baru yang lebih inovatif pada kegiatan riset. Untuk itu, skema kolaborasi adalah cara untuk mendatangkan pendanaan dari berbagai sumber.

Ia berkata, semua masalah global saat ini semakin rumit, dan tak bisa hanya diselesaikan dengan satu bidang ilmu saja, apalagi satu individu.

Kolaborasi bagi Bambang, adalah kunci melahirkan inovasi, dan menyediakan jawaban atas berbagai persolana melalui ilmu pengetahuan serta teknologi.

Kolaborasi juga didorong di Indonesia supaya para peneliti tentunya tidak asyik sendiri dengan agenda dan keahliannya sendiri melakukan riset sendiri karena kemungkinan itu bisa melahirkan inovasi yang kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan industri.

“Karenanya dengan dana APBN yang relatif terbatas ditambah belakangan sudah ada dana abadi riset yang akan mulai beroperasi penuh di tahun 2021 ini maka mendorong kerja sama riset internasional termasuk di dalam Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) ini,” ujar Bambang.

Selain itu, Bambang juga mengatakan perlunya perguruan tinggi bergandengan tangan dan selalu menjaga hubungan erat dengan industri karena komersialisasi tentunya hanya bisa tercapai jika dunia industri atau dunia usaha siap dan mau menerima prototipe hasil riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi.

“Dan utamanya kita selalu harus terdepan di dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri sehingga riset yang dihasilkan adalah riset yang menghasilkan prototipe yang kemudian siap untuk dikomersialisasi,” kata dia.

Kemudian, para peneliti dan dosen juga diharapkan selalu membangun jaringan internasional terutama untuk tidak hanya meningkatkan kemampuan dalam menulis artikel di jurnal yang bereputasi tetapi juga melahirkan berbagai hasil inovasi yang barangkali jika dikerjakan sendirian di Tanah Air belum tentu bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Karena itu, perlu juga membangun kerja sama internasional dalam berbagai bentuk.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Apresiasi Keberhasilan Aparat Keamanan Lumpuhkan Dua Anggota OPM di Yahukimo

Aparat keamanan berhasil melumpuhkan 2 (dua) orang anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah Yahukimo, yang merupakan anggota dari...
- Advertisement -

Baca berita yang ini