Kumpulan Warisan Ahmad Bagdja untuk Warga Nahdliyin

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Selepas kepergian Gus Sholah, awan duka kembali menyelimuti keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU). Kamis 6 Februari 2020, warga nahdliyin kehilangan salah seorang tokohnya, KH Ahmad Bagdja.

Bagdja menghembuskan nafas terakhir di usia 76 tahun, di RS Jakarta Medical Center (JMC), sekitar pukul 01.09 WIB. Sebuah nama dalam sejarah NU yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Diketahui, Bagja pernah memegang peranan penting dalam proses persiapan muktamar NU ke-27 pada tahun 1984 di Situbondo. Ketika itu ia bersama sejumlah anak muda seperti Fahmi Saifuddin (kakaknya mantan Menag Lukman Saifuddin), Slamet Effendi Yusuf, Tosari Widjaya, Abdullah Syarwani, Said Budairy, Masdar F. Mas’udi.

Tak heran, jika pada tahun 1989, dia diserahi jabatan penting sebagai Sekjen PBNU. Berkat jasanya pula, hasil muktamar ini berhasil mengubah wajah NU untuk kembali ke visi dan misi (khittah) awal.

NU pun menerima Pancasila sebagai asas tunggal dan Gus Dur terpilih sebagai Ketum PBNU untuk pertama kali.

Menerbitkan Tabloid Warta NU
Selain itu, Bagdja ikut berkolaborasi dengan Said Budairy menerbitkan tabloid Warta NU. Majalah ini diklaim sebagai ‘corong NU Baru’, pasca kembali ke khittah.

“Melalui tulisan-tulisannya di tabloid inilah saya, untuk pertama kali, mengenal sosok Ahmad Bagdja. Saya membaca dan mengenal sosok ini ketika saya masih belajar di pesantren di Kajen pada 80an,” ujar Founder Ngaji Ihya Online Ulil Abshar Abdalla, melansir alif.id.

Menurut Ulil, almarhum adalah sosok yang tenang dan tidak menggebu-gebu. Tetapi analisanya atas situasi dan keadaaan amatlah tajam, berkat pengalamannya yang panjang sebagai aktivis mahasiswa di era 70an.

Berpengalaman sebagai Aktivis
Bagdja jelas memiliki pengalaman sebagai aktivisme saat di bangku kuliah. Ia tumbuh sebagai aktivis, ketika dunia kampus mengalami proses “penjinakan politik” oleh Orde Baru pada dekade 70an dan 80an.

Sosok kelahiran di Kuningan, Jawa Barat 1 Maret 1943 ini, juga dikenal sebagai Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 1977-1981.

Selain itu ia juga pernah menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiswa IKIP Jakarta, Ketua Badan Koordinasi Senat-senat Mahasiswa IKIP se-Indonesia (1970) dan Sekjen PBNU pada periode kedua kepengurusan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tahun 1989-1994.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

AMN Manado Bangkitkan Etos Pemuda Jadi Cendekia Cerdas dan Terhormat

Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Manado membangkitkan etos para pemuda untuk menjadi cendekia yang cerdas dan terhormat, sehingga mereka terampil...
- Advertisement -

Baca berita yang ini