KPK Bakal Pelototi Bansos di Jawa Barat, Rawan Korupsi?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Tiga provinsi di Jawa Barat yakni Depok, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur menjadi bidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait transparansi penyaluran bantuan sosial (bansos) dalam penanganan pandemi Covid-19.

Plt Juru Bicara KPK Ipi Maryati Kuding mengatakan terjadi pemahaman yang keliru di masyarakat tentang bansos.

Ipi menyebut, berdasarkan pengakuan ketiga pejabat di tiga pemda tersebut, masyarakat beranggapan akan menerima bansos dari semua sumber, baik pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.

Hal itu terjadi terutama saat awal mewabahnya Covid-19. Sehingga, menimbulkan kecurigaan di masyarakat terkait penyaluran bansos yang tidak transparan.

“Namun, ketiga pemda memastikan pemahaman tersebut telah diluruskan dengan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat,” katanya.

KPK juga mengingatkan ketiga pemda agar dapat memastikan telah melakukan proses verifikasi dan validasi data serta mengkomunikasikannya secara terbuka kepada warga terkait daftar penerima bansos.

Hal ini perlu dilakukan untuk meredam permasalahan yang muncul dalam penyaluran bansos.

“Sesuai dengan surat edaran KPK, kami merekomendasikan pemda agar merujuk pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai data awal untuk kemudian dilakukan verifikasi di lapangan demi memastikan validitas data,” kata Ketua Satuan Tugas (Kasatgas) Koordinasi Pencegahan Wilayah V KPK, Budi Waluya.

Selain itu, untuk menghindari penyimpangan terkait bansos, KPK juga meminta ketiga pemda terus berkoordinasi dengan lembaga auditor di daerah maupun penegak hukum setempat terkait mekanisme penyaluran.

Untuk Kota Depok, pembaruan terakhir data warga dalam DTKS telah dilakukan pada Januari 2020. Jumlah total penerima manfaat yang tercantum dalam DTKS adalah sebanyak 78.065 Kepala Keluarga (KK).

Kota Depok telah mengalokasikan dana APBD untuk penanganan Covid-19 untuk tiga fokus, yakni penanganan kesehatan sebesar Rp30 Miliar, untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 8,1 Miliar, dan untuk penyediaan Jaring Pengaman Sosial adalah Rp 60 Miliar.

Sedangkan Kabupaten Sukabumi melakukan pembaruan DTKS terakhir pada Desember 2019. Secara keseluruhan penerima manfaat bansos di Sukabumi yang berasal dari DTKS adalah berjumlah 486.402 KK.

Realokasi APBD yang dilakukan Kabupaten Sukabumi untuk penanganan Covid-19, yaitu penanganan kesehatan sebesar Rp115 Miliar, untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 14,7 Miliar, dan untuk penyediaan Jaring Pengaman Sosial Rp 170 Miliar.

Sementara untuk Kabupaten Cianjur, pemutakhiran data terakhir dilakukan pada Januari 2020. Berdasarkan DTKS, bantuan sosial yang berasal dari APBN adalah sebanyak 315.721 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Sedangkan, untuk penerima bansos provinsi sebanyak 23.913 Keluarga Rumah Tangga Sasaran (KRTS), serta 6.500 KK dari bansos kabupaten.

Kabupaten Cianjur juga telah merealokasi APBD-nya untuk penanganan Covid-19. Untuk penanganan kesehatan dialokasikan sebesar Rp 68,2 Miliar, untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 22,3 Miliar, dan untuk penyediaan Jaring Pengaman Sosial adalah Rp 9,4 Miliar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini