Konsumen Berperan Penting dalam Perekonomian Nasional

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bayu Krisnamukti menegaskan bahwa konsumen merupakan kekuatan ekonomi yang sesungguhnya. Bahkan, secara mikro di dalam bisnis dan perusahaan, konsumen kerap dianggap memainkan peranan lebih penting.

“Konsumen lebih dari 58 persen perannya dalam pendapatan nasional. Dengan angka ini saja, sudah memberi argumentasi kuat bahwa konsumen adalah kekuatan ekonomi yang sebenarnya,” tegas Bayu Krisnamurthi, Selasa, 20 April 2021.

Bukan rahasia bila sumber pendapatan perusahaan berasal dari kocek dan dompet para konsumen. Untuk itu, konsumen dipandang sebagai raja yang kebutuhan dan keperluannya harus dipenuhi, apabila para pelaku usaha ingin bisnis mereka tetap berjalan.

“Mungkin banyak pebisnis yang sudah tidak lagi melihat bahwa yang disebut raja itu bukan hanya konsumen, tetapi tetap saja konsumen adalah (salah satu) dari raja. Jika konsumen memang demikian perkasa, mengapa sang raja masih harus dilindungi dengan UU Perlindungan Konsumen?” tuturnya.

Sebagai catatan, UU Perlindungan Konsumen tercipta untuk melindungi konsumen yang merupakan wujud dari kewajiban negara melindungi seluruh rakyat adalah konsumen. Kemudian, menghindari konsumen dari ekses negatif kegiatan konsumsi sendiri, termasuk konsumsi yang berlebihan serta keliru.

Selanjutnya, menegakkan hak konsumen sebagai warga negara, termasuk hak untuk perlindungan dari penipuan dan hak mendapat kepastian serta perlindungan hukum.

Sayangnya, pandemi virus corona dan resesi yang terjadi pada skala global menghantam segi kehidupan konsumen Indonesia yang berimbas pada perubahan pola konsumsi.

“Konsumen menjadi lebih waspada dan sensitif atas kondisi kesehatannya, tetapi masih banyak ketidakjelasan dan ketidakpastian tentang konsep hidup sehat dan bugar itu karena beberapa konsep yang lama (misalnya pergi ke gym, bermain bola, atau badminton) sekarang justru dianggap berbahaya,” tuturnya.

“Perubahan pandangan dan nilai-nilai di atas membuat prioritas belanja konsumen berubah. Hal-hal yang esensial dan pokok menjadi lebih didahulukan. Lebih banyak konsumsi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan berkegiatan produktif di rumah, untuk meningkatkan imunitas, serta untuk sehat dan bugar,” sambungnya.

Wakil Menteri Perdagangan periode 2011-2014 itu menambahkan bahwa perilaku kehidupan virtual dan digital kiat melekat dan sulit dipisahkan dari aktivitas sehari-hari konsumen hampir di seluruh dunia. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya laju belanja online, yakni mencapai 31 persen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini