MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada vaksinasi Covid19 gelombang pertama tidak ditemukan ada penerimanya yang pingsan atau istilah kedokterannya mengalami anafilaktik. Hal itu diungkapkan Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Dr. dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTropPaed yang dikutip Senin 25 Januari 2021.
Anafilaktik adalah syok yang disebabkan reaksi alergi berat termasuk pingsan. Syok tersebut harus mendapat pertolongan dengan cepat dan tepat.
“Sejauh ini reaksi anafilaksis tidak ditemukan dalam pelaksanaan vaksinasi Covid19 di Indonesia,” ujar Hindra Irawan.
Reaksi yang banyak ditemukan sangat ringan seperti sering mengantuk seperti dialami Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Raffi Ahmad.
Menurutnya, reaksi anafilaktik dapat terjadi pada semua vaksin, antibiotik bahkan kacang maupun nasi hingga zat kimia.
Tetapi jangan khawatir, Pemerintah Jokowi sudah menyiapkan tata laksananya mulai peraturan hingga kit penanggulangannya menurut Hindra.
Sebab, reaksi anafilaktik tergolong ke dalam KIPI serius, sehingga apabila terjadi harus segera dilaporkan secara berjenjang yang selanjutnya diinvestigasi petugas kesehatan yang menyelenggarakan imunisasi.
Sementara itu, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Sinovac, Kusnadi Rusmil menegaskan kejadian anafilaktik pasti akan terjadi pada penyuntikan skala besar, sehingga setiap fasilitas kesehatan harus siap mengantisipasinya.
Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Unpad tersebut, dalam 1 juta orang yang divaksinasi kemungkinan ada 1 – 2 yang pingsan. Jika 10 juta orang mungkin terdapat 10 – 20 orang yang pingsan.
Namun, Kusnadi menegaskan, vaksinasi memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan risikonya.
Vaksin yang saat ini dipakai dalam program vaksinasi aman, sesuai dengan rekomendasi WHO, memiliki reaksi lokal dan efek sistemik yang rendah, memiliki imunogenitas tinggi serta efektif untuk mencegah Covid19.
