Kisah Tenggelamnya Kapal Onrust

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – “Ada rasa merinding, terharu dan senang kala singgah di tepian Barito. Merinding dan terharu karena membayangkan suasana perang, dimana pahlawan kita menenggelamkan kapal besar ini,” kata seorang warga Muara Teweh Waway ketika berada di lokasi tenggelamnya Kapal Onrust.

Sekitar 160 tahun lalu, Kapal Onrust atau Stoomschip Onrust milik Belanda tersebut ditenggelamkan laskar pejuang Tumenggung Surapati. Kapal itu ditenggelamkan pada Perang Banjar, 26 Desember 1859 di Sungai Barito, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.

Di masanya, itu adalah kapal perang modern yang dilengkapi berbagai persenjataan, seperti Meriam dan 6 senapan mesin putar (gutling gun Amerika).

Tumenggung Surapati merupakan keturunan Dayak Siang yang memimpin daerah di Sepanjang Sungai Teweh.

Pada 22 November 1859 Kerajaan Belanda menunjuk Van der Velde selaku komandan ekspedisi Kapal Onrust ke Sungai Teweh untuk menemui Tumenggung Surapati. Dia diampingi didampingi Letnan I Bangert, Van Perstel, dan Van der Kop.

Pertemuan tersebut membawa misi penting Belanda yaitu membujuk Tumenggung Surapati membantu mereka mengatasi Pangeran Antasari. Akhirnya Tumenggung setuju membantu Belanda.

Namun ada maksud terselubung Tumenggung di balik itu. Bergabung dengan Belanda memudahkannya menghantam penjajah tersebut.

Tumenggung telah mengangkat sumpah bersama-sama Pangeran Antasari untuk berjuang menghalau Belanda dari tanah tumpah darah mereka.

Saat Tumenggung menghadiri undangan Komandan Kapal Onrust 26 Desember 1859 disambut Letnan Bangaert. Dia didampingi empat anak dan seorang menantunya.

Mereka pun berunding di anjungan kapal. Belanda mengajak Surapati menangkap panglima-panglima perang Tanah Dusun seperti Sultan Hidayatullah dan Pangeran Antasari.

Belanda berjanji memberi hadiah dan surat pengangkatan sebagai pangeran jika Tumenggung Surapati berhasil membantu penjajah. Mereka tidak mengetahui orang yang diajak berunding adalah salah seorang Panglima Perang Tanah Dusun.

Setelah perundingan, Komandan Van Der Velde mengajak Surapati melihat-lihat meriam kapal. Anak dan menantu Surapati saat itu mengetahui betapa liciknya Belanda karena mengadu domba mereka dengan saudaranya sendiri.

Akhirnya pertempuran tidak bisa dihindari dan menewaskan Van Der Velde, Letnan Bangaert bersama 50 serdadu mariner dan 43 anak buah Kapal Onrust. Salah seorang pengikut Surapati pun membuka keran air di ruang kapal hingga akhirnya kapal canggih itu tenggelam.

Sebelum ditenggelamkan Tumenggung Surapati melepaskan meriam-meriam yang ada di kapal dan menyita berbagai persenjataan untuk memperkuat perjuangan mereka. (Nita Khairani)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Seluruh Pihak Harus Terima Hasil Putusan Sidang MK

Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di ruang sidang lantai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini