Kisah Mantan Tokoh OPM yang Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Mantan petinggi Organisasi Papua Merdeka (OPM) Nicholas Messet akhirnya memutuskan untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi usai 40 tahun berjuang dan mencari arti kemerdekaan bagi tanah kelahirannya, Papua.

Ia mengungkapkan keputusannya bergabung dengan OPM kala itu karena ia melihat negara-negara lain mulai merdeka. Dan Kerajaan Belanda yang tahun 1970 berjanji memberikan kemerdekaan untuk Papua.

“Saat itu saya baru berusia 15 tahun dan tergiur untuk OPM. Karena kita ketika muda berpikir ‘wah semua negara mulai merdeka, di Afrika. Tahun-tahun 1960-an, Nigeria berjuang. Ada efek internasional. After the Second World War semua negara mau merdeka,” ungkap Nicholas Messet.

“Belanda janji tahun 1970 persiapan merdeka. Tapi akhirnya Presiden Soekarno deklarasi Trikora tanggal 19 desember 1961 di Yogya. Di situlah salahnya, Presiden Soekarno ketika itu bilang ‘gagalkan negara boneka Papua.’ Lalu setiap tentara yang masuk ke tanah Papua, sampai saat ini pikir bahwa negara Papua sudah terbentuk. Jadi ada tentaranya ada polisinya, padahal tidak ada sama sekali,” tuturnya.

Selama menjadi bagian dari OPM, Nicholas Messet sempat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Di mana ia berkeliling dunia dan berbicara di forum internasional untuk meyakinkan negara-negara lain.

“The end of the day we have to respect Indonesia. Hari terakhir, kita pikir bendera Indonesia dan bendera OPM yang kita kasih naik tiada guna,” sambungnya.

Keputusan Nicholas Messet kembali ke Indonesia juga dilatarbelakangi oleh sebuah mimpi. Suatu malam di tahun 1987, kata Nicholas, dalam tidurnya ia meminta izin kepada sang istri untuk kembali ke Papua. Namun, istrinya bilang kalau ia kembali ia bisa saja di bunuh.

“Dalam mimpi, saya jawab kekhawatiran istri saya ‘kalau saya dibunuh, biar Tuhan Allah yang urus.’ Saya harus kembali karena saya pikir kita punya perjuangan ini sia-sia,” sambungnya.

Tanggal 17 januari 1982, Nicholas Messet  bertemu dengan ahli nujum terkenal di dunia dan dia bilang ‘suatu saat nanti kamu akan kembali ke Papua dan kamu akan bekerja untuk pemerintah dan bertemu dengan presiden’.

“Dan benar, tanggal 17 oktober 2007, saya bertemu dengan presiden SBY di kantornya selama 2 jam. Terkadang mimpi memberikan motivasi. Seperti, ini jalan yang salah, so kamu harus kembali dan setiap orang Papua yang bilang saya penghianat. Silahkan,” sambungnya.

Nicholas Messet mengatakan, bagaimanapun dan dengan cara apa pun Papua harus tetap menjadi bagian dari Indonesia, tapi dengan soft diplomacy bukan kekerasan. Seperti yang sekarang Presiden Jokowi jalankan, katanya.

“Banyak orang Papua yang di luar negeri sudah sadar dan ingin kembali pulang, tapi harga diri mereka tinggi. Malu untuk kembali setelah berjuang untuk sesuatu yang tidak bisa mereka dapatkan. Tapi kau harus kembali. Seperti ke laut tidak mendapat ikan, tapi saya harus kembali,” tuntasnya.

Penjelasan selengkapnya bisa kamu saksikan di akun YouTube Mata Milenial Indonesia TV berikut ini:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini