Kilas Balik Tragedi Tampomas, 400 Orang Meninggal Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tepat 27 Januari 1981 lalu terjadi sebuah musibah pada Kapal Motor Penyeberangan Tampomas II yang tenggelam di segitiga bermuda-nya Indonesia, perairan Masalembo, Laut Jawa.

Kapal yang dikelola oleh PT Pelni itu memiliki tujuan keberangkatan dari Tajungpriok (Jakarta) ke Ujung Padang (sekarang Makassar), 24 Januari 1981 pukul 09.55 WIB dengan nahkoda Kapten Abdul Rivai.

Perjalanan yang harusnya berangkat pada 23 Januari 1981 itu membawa muatan penuh barang dan orang. Tercatat ada 191 mobil, 200 sepeda motor, dan 1.054 penumpang resmi. Namun diperkirakan ada 1.442 penumpang pada saat itu atau melebihi kapasitas. Kapal tersebut diperikrakan akan melakukan pemberangkatan selama dua hari dua malam di atas laut.

Sehari setelah perjalanan atau tepat pada 25 Januari 1981 kapal tersebut terbakar sebelum akhirnya tenggelam. Saat pagi hari kapal tersebut masih dalam keadaan baik-baik saja, namun pada saat malam hari pukul 20.00 WITA terjadi hal yang mengkhawatirkan. Muncul asap tebal yang bersumber dari mesin kapal.

Dalam kondisi laut yang sedang terjadi badai, beberapa bagian mesin juga mengalami kebocoran bahan bakar. Para petugas dan awak kapal terus melakukan upaua agar api tersebut padam. Usaha pemadaman buntu karena generator mati. Kemudian api terus menjalar ke bagian kompartemen mesin karena pintu dek pada saat itu terbuka dan semuanya tidak terkendali.

26 Januari 1981, di tengah-tengah lautan sebelah selatan Pulau Matisiri yang letaknya 220 mil dari Selat Makassar, dekat Pulau Masalambo, awak Kapal Motor (KM) Sangihe melihat kepungan asap yang masih terus tebal.

Nakhoda KM Sangihe, Kapten Agus KS, segera mendekati sumber asap. Kemudian Markonis KM Sangihe memberikan kabar lewat pesan telegraf pada pukul 08.15 kepada kapal-kapal yang berada di sekitar perairan Pantai Surabaya dan Ujung Padang terkait nasib kapal Tampomas II.

KM Sangata, KM Wayabullah, KM Niaga XXIX, KM Brantas, KM Istana VI, KM Jeruk, dan KM Adiguna, langsung menuju tempat kejadian setelah mendapat kabar dari Kapten Agus KS.

Suasana saat itu sangat mencekam. Banyak penumpang yang menjerit ketakutan. Ada yang terjun ke lautan, ada pula yang berdiri di pinggir-pinggir kapal dan terus berhadap datangnya pertolongan.

Tragedi tersebut berakhir pada 27 Januari 1981 sekitar pukul 12.45 WIB atau pukul 13.45 WITA dimana kapal Tampomas II tenggelam dengan nahkoda Kapten Abdul Rivai juga ikut tenggelam bersama barang-barang yang ada di kapal dan penumpang yang tidak terselamatkan sekitar 400 orang.

Terdapat pula penumpang yang selamat dibawa oleh kapal Sangihe saat datang menghampiri kapal Tampomas II. Kejadian tersebut merupakan salah satu sejarah kelam. Para penumpang maupun ABK yang terselamatkan dimintai untuk datang ke persidangan.

Polemik yang terjadi dari tragedi itu membuat gempar dunia maritim Indonesia. Banyak yang mengaitkan tragedi tersebut karena kelalaian para ABK. Dari data yang terpercaya, usia kapal pada saat itu baru berjalan enam bulan beroperasi.
Para ABK yang dimintai datang ke persidangan menghadapi dakwaan atas tenggelamnya kapal dan ratusan korban. Tragedi tak terlupakan itu tetap menyimpan luka yang mendalam bagi keluarga korban.

Tragedi tersebut mengukir sejarah kelam maritim di Indonesia. Tragegi itu dikenang berupa lantunan lagu dari musisi Iwan Fals dan Ebit G Ade serta digambarkan pula dalam buku berjudul ‘Neraka di Laut Jawa: Tampomas II’ oleh Bondan Winarno yang ditulis berdasarkan hasil reportase para jurnalis Sinar Harapan dan Mutiara.

Reporter : Irania Zulia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pakar Ungkap Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

Pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan sama sekali tidak terdampak dengan adanya perang antara Iran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini