MATA INDONESIA, JAKARTA – Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) mengubah Habibie Award menjadi Habibie Prize, usai menjalin kerja sama dengan Yayasan SDM IPTEK yang menyelenggarakan penghargaan tersebut sejak 1999.
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan, pihaknya akan menjadi penyelenggara penghargaan ini ke depannya, dan berjanji akan membawa Habibie Prize ke tingkat internasional.
“Dengan demikian Habibie Prize tidak lagi hanya menjadi kegiatan Yayasan SDM IPTEK, tetapi akan menjadi agenda tahunan dari Kemenristek/BRIN, yang akan ditingkatkan menjadi penganugerahan SDM IPTEK ke level internasional. Agenda Habibie Prize tahun ini diadakan pada 10 November, sebagai rangkaian acara penutupan Harteknas dan pembukaan Indonesian Innovation Expo 2020,” kata Bambang dalam keterangan tertulis, Jumat 6 November 2020.
Sebagai informasi, penghargaan ini diberikan untuk perseorangan maupun badan/institusi yang aktif serta berjasa dalam penemuan, pengembangan dan penyebarluasan kegiatan inovasi IPTEK, serta bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan, keadilan, juga perdamaian.
Bambang mengharapkan Habibie Prize dapat menjadi penghargaan tertinggi bagi para peneliti, perekayasa, dan dosen yang berkontribusi besar di bidangnya.
“Adanya Habibie Prize dapat memperkaya kriteria dan atau jenis penghargaan, bagi para peneliti/periset dan perekayasa Indonesia. Kita ingin jadikan penghargaan ini sebagai The Ultimate One. Anugerah tertinggi untuk peneliti, yang ke depannya diharapkan agar menjadi bergengsi seperti layaknya Nobel Prize,” ujarnya.
Habibie Award (Habibie Prize) terdiri dari lima kategori, yaitu Bidang Ilmu Dasar; Bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi; Bidang Ilmu Rekayasa; Bidang Ilmu Sosial, Ekonomi, Politik dan Hukum; Bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan. Sampai dengan tahun 2019, penghargaan ini telah menganugerahkan kepada 66 orang penerima penghargaan.
