Junta Militer Sebut Aksi Demonstrasi di Myanmar Menurun

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Junta militer Myanmar mengatakan bahwa aksi protes menentang kudeta perlahan mulai menurun. Hal tersebut karena para demonstran menginginkan perdamaian dan karena pemilihan umum akan segera digelar.

“Alasan mengurangi protes adalah karena kerja sama orang-orang yang menginginkan perdamaian, yang kami hargai. Kami meminta semua orang untuk bekerja sama dengan pasukan keamanan dan membantu mereka,” kata juru bicara junta militer, Brigadir Zaw Min Tun, melansir Reuters, Sabtu, 10 April.

“Saran dari negara tetangga dan negara besar dan orang-orang kuat dalam politik, kami menghormati mereka,” sambung Zaw Min Tun.

Sejak kudeta yang terjadi pada 1 Februari dan penangkapan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, aksi protes mememnuhi setiap sudut kota di negara tersebut. Para demonstran bahkan rela kehilangan nyawa demi demonstrasi ditegakkan.

Sementara pasukan keamanan tanpa ragu melepaskan tembakan ke arah demonstran yang menurut mereka mengganggu stabilitas keamanan. Pasukan keamanan bahkan menggunakan senjata perang saat menghadapi ratusan demonstra.

Seperti di kota Bago yang berbatasan dengan kota Yangon, pasukan keamanan Myanmar menembakkan granat senapan ke demonstran anti-kudeta pada Jumat (9/4). Sedikitnya 10 orang dilaporkan tewas dan tubuh mereka ditumpuk di sudut sebuah pagoda.

Berdasarkan laporan Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), sebanyak 614 warga sipil meninggal dunia sejak kudeta, 48 di antaranya merupakan anak-anak dan lebih dari 2,800 orang telah ditahan, termasuk selebritas dan influencer.

Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener ingin mengajak para jenderal yang berkuasa berdialog demi menyelesaikan konflik internal yang menurut sebagian pihak berpotensi menjadi perang saudara.

“Saya siap berdialog. Kekerasan tidak pernah mengarah pada solusi berkelanjutan yang damai,” ucap utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini