Isu HAM dan Separatis Papua Hanya Periuk Nasi Segelintir Kelompok

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Isu hak asasi manusia (HAM) maupun separatis Papua yang rutin muncul bagi di dalam negeri maupun internasional hanya upaya sekelompok kecil orang untuk menjaga periuk nasinya.

Hal itu diungkap Direktur Eropa I Kementerian Luar Negeri, I Bagus Made Bimantara saat berbincang dengan Mata Indonesia News, di Jakarta.

“Mereka punya kepentingan untuk memastikan isu ini terus ada dan mendapat perhatian. Dengan perhatian itu mereka dapat dukungan dari sebagian kecil masyarakat dunia termasuk dukungan keuangan. Sebab isu itu, periuk nasi mereka juga. Jualan yang agak seksi, ya itu soal disinformasi dan misinformasi,” begitu pernyataan Made Bimantara.

Dia bisa memastikan bahwa 99 persen negara di dunia mendukung penuh kedaulatan dan keutuhan NKRI termasuk di Papua dan Papua Barat.

Bahkan, dukungan terhadap isu tersebut di kawasan sudah sangat melemah dibandingkan tahun 2016, terutama dari negara-negara di Pasifik dan Eropa.

Kini mereka hanya terus menerus menuding terjadi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di kedua provinsi paling timur Indonesia tersebut. Selain itu, isu lainnya adalah soal perubahan iklim.

Tetapi, tahun 2016 isu-isu pemisahan Papua dan Papua Barat dari Indonesia sangat kencang di forum-forum internasional. Namun, Bimantara menegaskan Indonesia selalu menjawabnya dengan tegas, lugas dan keras.

Substansi jawabannya pun bukan sekadar retorika, melainkan data pembangunan baik fisik maupun nonfisik di belahan timur Indonesia tersebut.

Kelompok-kelompok yang menyuarakan isu HAM maupun separatis Papua belakangan berupaya mencari perhatian internasional seperti menjelang Sidang Umum PBB dan sejenisnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Program AMANAH Kembangkan SDM Muda Kelola Potensi Kekayaan Aceh

Program Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat (AMANAH) mampu mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) muda di Tanah Rencong...
- Advertisement -

Baca berita yang ini