Ini yang Bikin Kopassus Jadi Nomor 1 di Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pasukan khusus Indonesia, Kopassus, tidak bisa dianggap enteng lagi, konon pasukan khusus AS pun gentar dengan baret merah Indonesia itu. Bahkan melalui surveynya NATO menemukan bahwa Kopassus adalah pasukan elit nomor 1 di dunia menggeser SAS Inggris yang bertahun-tahun menduduki posisi tersebut.

Bahkan hasil survey itu menunjukkan Navy Seal bukan lagi pasukan elit paling top, karena ada di posisi ketiga setelah Kopassus dan SAS.

Pasukan elit Israel Syayetet 13 dan Alpha Group yang menjadi kebanggaan Rusia juga masih kalah jauh dari Kopassus. Mereka masing-masing menjadi pasukan elit nomor 4 dan 5 dunia.

Apa yang membuat Kopassus begitu kuat?

Salah satu yang gampang dipahami adalah cara rekrutmen anggota pasukan tersebut yang disebut-sebut hampir melampaui kemampuan manusia.

Setiap prajurit Kopassus yang memiliki moto “Berani, Benar, Berhasil” itu harus melewati werving atau rangkaian tes kesehatan, fisik, akademi dan psikologi, sebelum bisa mengenakan baret merah kebanggaan. Nilai yang harus dicapai pun sangat tinggi.

Misalnya, calon anggota Kopassus harus mampu berlari 2,4 kilometer dalam waktu 12 menit, 40 kali push up dalam satu menit, tidak takut ketinggian dan lainnya.

Tahap pertama adalah pemusatan pelatihan di Pusat Pendidikan Pelatihan Khusus, Batujajar, Bandung. Para calon prajurti komando dilatih keterampilan dasar seperti menembak, teknik dan taktik tempur, operasi raid, perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan berbagai keterampilan lain.

Sedangkan pelatihan tahap kedua di hutan gunung Citatah, Bandung. Di tahap ini, para calon prajurit komando berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, dan survival di tengah hutan.

Mereka harus bisa hidup di hutan tanpa bekal makanan, harus mengonsumsi apa yang disediakan hutan.

Dengan latihan ini Prajurit Komando harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun dan bisa dimakan. Selain itu, mampu berburu binatang liar untuk mempertahankan hidup.

Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ Lembang ke Cilacap dengan membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan perlengkapan perorangan.

Lalu, calon prajurit komando melakukan praktik infliltrasi melalui rawa laut. Di tahapan ini, materi latihan terdiri dari navigasi laut, survival laut, meloloskan diri, renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.

Calon prajurit itu harus harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.

Di Nusakambangan adalah latihan terakhir sebelum menyandang baret merah dan sering disebut sebagai minggu neraka karena materinya paling berat terdiri dari latihan meloloskan diri dan kamp tawanan.

Mereka dilepas tanpa bekal pada suatu pagi dan harus tiba di satu titik tertentu paling lambat pukul 22.00.

Sepanjang perjalanan mereka harus menghindari berbagai macam rintangan baik alam maupun tembakan senjata dari musuh yang mengejar.

Jika mereka sampai tertangkap berarti neraka baginya karena dia akan diinterogasi layaknya dalam perang. Tak jarang akan disiksa. Calon prajurit yang tidak tertangkap juga harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.

Nilai yang harus mereka peroleh untuk menyandang baret merah juga sangat tinggi. Nilai standar fisik prajurit nonkomando adalah 61, sedangkan untuk bisa mengikuti tes prajurit komando minimal harus 70.

1 KOMENTAR

  1. sumber beritanya darimana kok kopassus jadi nomor satu? saya cari2 di internet malah kopassus tidak masuk 10 besar, buat artikel yang benar dong. kita memang harus bangga dengan pasukan khusus negara kita tapi jangan berlebihan membuat artikel yang mengatakan hal yang tidak berdasar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini