Ini Kisah Bung Karno Panik Saat Harus Menunggang Kuda

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyak cerita yang publik tahu tentang Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Tetapi, mungkin banyak yang tidak tahu bahwa lelaki flamboyan itu panik ketika akan naik kuda sampai diungkapkan putrinya sendiri, Megawati Soekarnoputri, Minggu, 6 Juni 2021.

“Saya dengar ceritanya dari ibu saya sangat panik, karena (Soekarno–Red) tidak tahu bagaimana cara menunggang kuda,” ujar Megawati saat meresmikan Patung Soekarno di kantor Kementerian Pertahanan, Minggu.

Peristiwa itu terjadi saat Soekarno akan merayakan ulang tahun pertama Angkatan Perang Indonesia (APRI) pada 5 Oktober 1946.

Sebagai panglima tertinggi angkatan perang, Soekarno harus memeriksa barisan menunggang kuda.

Bagi Indonesia yang masih seumur jagung saat itu sangat penting menunjukkan eksistensi memiliki tentara yang kuat dan siap mempertahankan negara dari ancaman siapa pun.

Apalagi saat itu Belanda dengan sembunyi-sembunyi ingin menguasai kembali Indonesia memanfaatkan sekutu yang akan melucuti wilayah kekuasaan Jepang di bekas Hindia Belanda tersebut.

Soekarno pun memerintahkan Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat Jenderal Sudirman menggelar upacara militer di alun-alun kota Yogyakarta dengan megah. Dalam upacara itu, Bung Karno diagendakan melakukan inspeksi pasukan dengan menggunakan kuda.

Seperti diungkap Prabowo melalui akun facebooknya, persoalan datang seketika, karena Bung Karno tidak pernah menunggang kuda dan membuat istrinya saat itu, Fatmawati khawatir sehingga dia mempertanyakan kepada suaminya.

Dengan tegas Soekarno berusaha menenangkan Fatmawati bahwa dia akan belajar menunggang kuda dalam satu hari.

Akhirnya seorang perwira kavaleri ditugaskan melatih si Bung menunggang kuda. Tetapi, kekhawatiran ternyata juga menghampiri sang Presiden karena khawatir terjatuh atau terpental dari punggung kuda akibat tidak mahir.

Maka, di akhir sesi latihan berkudad, Bung Karno meminta perwira kavaleri itu memberinya kuda yang tua dan jinak saat inspeksi pasukan di hari H.

“Untuk pawai besok, berilah saya kuda yang paling lunak, paling tua, paling jinak dan hampir mendekati kematiannya,” kata Bung Karno.

Namun, sang perwira menolak. Menurutnya, Presiden Soekarno tidaklah pantas menunggangi kuda tua yang bakal segera mati.

Ternyata, Bung Karno berhasil menunggangi kuda muda dan garang saat inspeksi. Semua pengetahuan dan praktik berkuda dari instrukturnya yang perwira kavaleri itu berhasil dia terapkan sehingga kuda muda itu pun tidak berontak ketika dikendalikannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini