Ini Dia Orang yang ‘Dimarahi’ Prabowo Karena Tertawa Saat Debat

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Masih ingat saat calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto marah saat debat keempat karena ada penonton yang tertawa? Ternyata orang yang ‘dimarahi’ adalah politisi Hanura asal Sulawesi Utara.

Dia bernama Benny Rhamdani yang kini menjabat Wakil Direktur Kampanye Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma’ruf.

Dua hari lalu dia menyebarkan surat terbuka melalui media sosial untuk Prabowo Subianto dan menyebut jenderal bintang tiga purnawirawan itu dengan sebutan Tuan Besar.

Dalam surat terbuka itu, Benny menyinggung Prabowo yang tak pantas sebagai pemimpin karena temperamennya.

Dia juga menyinggung kasus penculikan yang pernah mendera mantan Danjen Kopassus tersebut.

Berikut isi surat terbuka Benny itu;

VIRALKAN….!!!

Surat Terbuka:

TUAN BESAR PRABOWO SUBIANTO
Yang Terhormat,

Mohon maaf jika Surat Terbuka ini harus saya awali dengan pernyataan saya yang mungkin akan membuat Tuan Prabowo tidak berkenan.
Saya harus mengatakan, bahwa Tuan adalah pemimpin yang tidak sekedar temperamental dan emosional, tapi Tuan juga adalah pemimpin yang sangat berbahaya bagi orang-orang yang yang sedang berbahagia. Bahkan mungkin Tuan adalah pemimpin yang berbahaya bagi orang-orang yang sedang bersedih. Karena jika tertawa karena bahagiapun Tuan larang dan persoalkan, lalu bagaimana dengan orang yang bersedih dan tidak mau tertarwa?
Penilaian saya ini berdasarkan fakta peristiwa yang saya alami saat hadir dalam Debat Capres di Hotel Shangrila .

TUAN PRABOWO SUBIANTO,
Sekedar Tuan tahu, Tertawa Saya itu spontan, seperti umumnya jika orang tertawa. Tidak ada tertawa yang dipersiapkan dan direncanakan. Karena tertawa Saya malam ini adalah ekspresi kebahagian yang didorong karena ada hal lucu yang dirasakan.
Dan jika Tuan bertanya kenapa saya tertawa? Sejujurnya karena memang Pernyataan Tuan tentang Strategi Pertahanan Keamanan lah yang menjadi sumber penyebabnya.

TUAN PRABOWO SUBIANTO,
Ketika dengan nada tinggi yang diiringi goyangan berulang-ulang telunjuk jari mempertanyakan Kenapa dan alasan apa Saya tertawa. Saya paham bahwa Tuan sedang menegur Saya karena Tuan merasa tidak nyaman dengan tertawa saya yang Sampai ditelinga Tuan.
Tuan boleh merasa tidak nyaman dan terganggu, tapi pertanyaannya, benarkah Tuan punyak hak untuk menegur orang yang tertawa atau bahkan menimbulkan gangguan dalam acara debat tersebut?

Tuan lupa, bahwa acara Debat Pilpres tersebut dilaksanakan oleh KPU. Tuan Prabowo Subianto adalah Capres yang menjadi peserta debat sebagaimana Pak Jokowi.
Maka sesungguhnya KPU lah yang memiki kekuasaan penuh untuk menegur, bahkan mungkin mengeluarkan Saya dari ruangan atau siapapun yang dinilai telah mengganggu kenyamanan dan kelancaran pelaksanaan Debat Capres sebagaimana yang diatur dalam tata tertib pelaksanaan debat yang dibuat oleh KPU.
Tapi fakta dilapangan, hingga selesainya acara Debat malam ini, Saya tidak sekalipun mendapat peringatan dan teguran apapun dari KPU.

TUAN PRABOWO SUBIANTO,
Peristiwa malam ini, semakin menguatkan keyakinan Pilihan Politik Saya terhadap Jokowi.
Selama kurang lebih 4,5 tahun, Jokowi tidak sekedar ditertawakan oleh lawan-lawannya. Jokowi diejek dan dihinakan harga dirinya, direndahkan martabat keluarganya, dilecehkan kesetiannya kepada Pancasila, diragukan keyakinan atas keIslamannya. Tapi selama itu juga Jokowi mampu bersabar dan menahan diri dengan kesholehan lisan dan tindakannya.

Maaf TUAN BESAR PRABOWO SUBIANTO, malam ini Tuan tidak sekedar telah menculik kebahagian Saya untuk tertawa. Tapi Tuan juga telah menculik hak dan kewenangan KPU dan Bawaslu RI sebagai penyelenggara Pilpres termasuk keseluruhan tahapan pelaksananan Debat Capres didalamnya.

Tuan, disadari atau tidak, malam ini Tuan telah MENCULIK dan melakukan PENGHIILANGAN SECARA PAKSA atas 13 orang manusia indonesia. Saya yang tertawanya anda persoalkan dan 7 Komisioner KPU serta 5 Komisioner Bawaslu RI sebagai Pelaksana dan Pengawas penyenggaraan Debat Capres malam ini.

Terima kasih TUAN BESAR PRABOWO SUBIANTO,
Insya Allah Indonesia akan tetap dipimpin oleh seorang Presiden yang tidak sekedar bisa membuat rakyatnya bahagia. Tapi juga menjamin secara merdeka setiap warga negaranya untuk bisa Tertawa karena bahagia.
Bukan seorang Presiden yang membahayakan kemerdekaan warga negaranya untuk tertawa karena bahagia dan Menculik serta menghilangkan secara paksa hak warga negaranya yang mengekspresikan kebahagiaannya dengan cara tertawa.

Terima kasih.
Jakarta, 30 Maret 2019

Hormat Saya:
BENNY RHAMDANI

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini