MATA INDONESIA, JAKARTA – Ilmuwan biologi dari Universitas Hawai’i, Robert Cowie memperingatkan kita semua bahwa sekarang sudah mulai terjadi proses kepunahan massal keenam dalam sejarah bumi.
Menurut Cowie, para ilmuwan sebenarnya telah melihat tanda-tanda kematian sejak beberapa tahun lalu karena telah terjadi penurunan besar keanekaragaman hayati hewan di seluruh bumi.
Itu telah menjadi awal dari sebuah fenomena buruk bumi yang disebut dengan kepunahan massal keenam di bumi. Dalam beberapa tahun terakhir tanda-tanda kematian tampak di mana-mana.
“Termasuk invertebrata adalah kunci untuk mengkonfirmasi bahwa kita memang menyaksikan permulaan kepunahan massal keenam dalam sejarah Bumi,” kata Cowie yang dikutip Selasa 19 Januari 2022.
Cowie melaporkan temuannya tersebut dalam Biological Review seperti dikutip sciencealert.com.
Menurut Cowie, selama ini terjadi penyangkalan di kalangan ilmuwan perihal kepunahan massal karena mereka hanya fokus pada hewan-hewan bertulang belakang seperti mamalia yang banyak diselamatkan dari kepunahan.
Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan hewan tanpa tulang belakang seperti siput dan jenis-jenis moluska lainnya, menurut Cowie situasinya terlihat sangat buruk.
Menurut perhitungan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) atau lembaga nirlaba internasional untuk konservasi alam bumi ini mencatat 1,5 persen spesies mamalia dan burung sudah dinyatakan punah sejak tahun 1.500 masehi.
Sementara dari semua spesies baik hewan bertulang belakang maupun tanpa tulang belakang yang punah sejak 1.500 masehi menurut peneliti berkisar 7,5 – 13 persen atau sekitar 2 juta spesies menurut catatan IUCN.
Para ilmuwan bioscientist sepakat bahwa hewan tanpa tulang belakang yang hidup di darat tingkat kepunahannya jauh lebih tinggi dibandingkan hewan bertulang belakang termasuk mamalia.
Maka kita semua harus berusaha agar unsur penting pendukung keanekaragaman hayati tidak punah sehingga kehidupan di bumi bisa terus berlanjut.
