Heboh Emas Bisa Bantu Manusia Bernapas di Bulan, Ini Faktanya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Badan Antariksa Amerika (NASA) terus melakukan pengembangan bagaimana caranya manusia bisa bertahan hidup di luar angkasa terutama kebutuhan oksigen disana.

NASA menciptakan sebuah kotak berbahan emas yang disebut mampu mengkonversi karbon dioksida menjadi oksigen demi membantu kelangsungan misi mengirim manusia ke Bulan dan Planet Mars.

Pemanfaatan kotak berbahan emas itu menjadi bagian eksperimen NASA yang diberi nama Mars Oxygen In-Situ Resource Utilization Experiment (MOXIE). Kotak emas akan disematkan pada rover yang ditugaskan untuk menjelajahi Bulan dan Mars.

Cara kerja MOXIE ialah dengan menyuntikkan energi ke dalam katoda (elektroda yang digunakan untuk menghantarkan arus listrik) dan anoda (elektroda yang bisa berupa logam maupun penghantar listrik). Saat proses ini berlangsung, nantinya oksigen akan terpisah oleh karbon dioksida.

“Kotak terbuat dari emas untuk mengurangi aliran listrik karena jarak antara kotak dan rover berdekatan. Sebab, emas tidak memancarkan panas karena emisivitasnya sangat rendah,” kata peneliti MOXIE NASA, Jim Lewis dikutip Science Times.

Pada tahap awal pemodelan MOXIE, para peneliti membutuhkan sekitar 33 hingga 50 ton bahan bakar. MOXIE diibaratkan seperti pohon yang fungsinya menghirup karbon dioksida lalu mengembuskan oksigen.

Meski masih dalam tahap uji coba, MOXIE diyakini dapat membantu para penjelajah bernapas layaknya di Bumi saat menginjakkan kaki baik di Bulan maupun planet ‘merah’, julukan Mars.

“Ketika kita mengirim manusia ke Mars, kita ingin mereka kembali dengan aman. Propelan oksigen cair adalah sesuatu yang bisa kita buat di sana dengan cara membawa tangka oksigen kosong dan mengisinya di Mars,” ujar Penyidik Utama MOXIE NASA, Michael Hecht dikutip dari laman resmi NASA.

Menyoal misi membawa manusia ke Mars, NASA sudah siap menerbangkan helikopter ke planet merah itu. Nantinya, helikopter ini akan digunakan untuk menurunkan rover Perseverance.

Penerbangan dijadwalkan bakal berlangsung antara 17 Juli atau 5 Agustus 2020. Para peneliti NASA membutuhkan waktu selama 14 minggu untuk menyelesaikan proyek ini.

Saat mendarat di permukaan Mars, Perseverance ditugaskan untuk mencari tanda-tanda kehidupan makroba masa lalu, memetakan iklim, dan mengumpulkan berbagai sampel yang dapat membuka jalan astronaut bisa menginjakkan kaki di planet itu.

Sementara misi membawa kembali astronaut Amerika ke Bulan tahun 2024 diberi nama Artemis 1. Roket Orion buatan NASA disebut telah siap digunakan untuk mengangkut penjelajah.

Selain menerbangkan roket Orion, NASA juga akan mengirimkan Space Launch System (SLS) di sekitar Bulan untuk menguji sistem dan membuka jalan untuk mendaratkan manusia.

Badan Antariksa Eropa (Europian Space Agency/ESA) pun ikut membantu NASA membuat modul yang akan memberikan kekuatan dan daya dorong untuk roket Orion selama program Artemis 1. Modul itu diproduksi oleh Airbus yang berkantor di Bremen, Jerman.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini