Harapan Pada Minyak Bumi Pupus, Timor Leste Bergantung ke Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sudah 2 dekade berlalu negara Timor Leste yang pernah menjadi Provinsi Timor Timur (Timtim) saat dalam kedaulatan NKRI, belum bisa mandiri. Bahkan banyak kebutuhan pokok warga mereka dipenuhi Indonesia, khususnya warga Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kemiskinan bisa jadi karena kekayaan minyak buminya di Laut Timor sudah dikuras habis Australia sejak 1960 yaitu di Blok Buffalo, Laminaria, dan Corallina.

Sekarang, Timor Leste menggantungkan hidupnya hanya kepada Blok Migas Bayu Udan yang akan kering dua tahun lagi. Maka, minyak di Laut Timor yang dikenal dengan Blok Greater Sunrise menjadi harapan baru.

Apalagi ditaksir hasilnya akan setara 23 kali lipat PDB negara baru tersebut seperti dilansir CNBC yang hanya 2,8 miliar dolar AS.

Namun sayang seribu sayang, Australia juga tidak mau melepaskan begitu saja ladang minyak di bawah Laut Timor itu dengan memainkan isu batas laut dengan Timor Leste.

Sengketa itu akhirnya dibawa ke Mahkamah Tetap Arbitrase Internasional pada 2006 dan baru 6 Maret 2018 pemerintah Timor-Leste dan Australia menandatangani Perjanjian Batas Maritim baru di PBB di New York, Amerika Serikat (AS).

Perjanjian itu mendefinisikan ladang minyak dan gas mana yang menjadi milik masing-masing negara, di mana beberapa wilayah bernilai miliaran dolar AS di ladang gas yang belum ditambang itu turut dibagikan.

Akibat Parlemen Australia belum meratifikasi perjanjian itu, Negeri Kangguru itu terus mengambil untung dari ladang minyak yang di bawah perjanjian itu sekarang sepenuhnya menjadi milik Timor-Leste. Australia mengklaim 10 persen saham di Greater Sunrise.

Kenyataan itu membuat rakyat Timor Leste tetap menggantungkan hidupnya dari negara tetangga, Indonesia dibandingkan “sahabat” yang memerdekakannya.

Kehidupan rakyatnya di desa dan daerah yang jauh dari Ibu Kota Dili benar-benar sangat bergantung dengan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sebab negeri itu sangat tergantung kepada minyak dan gas bumi.

Mereka yang tinggal di perbatasan selalu membeli kebutuhan pokok hingga sayuran ke Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam hal ini Atambua atau Matoa’in.

Kehidupan rakyat kecil semakin sengsara karena Timor Leste menggunakan dolar AS sebagai mata uang resminya sehingga harga barang-barang konsumsi pun menjadi super mahal.

Hal itu diperparah dengan budaya korupsi yang masih marak serta kurang bijaksananya mereka mengelola sumber daya minyak. (reporter: Budiyani Rahmawati)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini