Gubernur Bali: Banyak RS yang Merekayasa Hasil Tes COVID-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Saat pertama kali virus Corona muncul di Cina, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali tengah meningkat 3% dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi sejak COVID-19 menyerang, tujuan favorit wisatawan ini menjadi sepi pengunjung.

Sejumlah tempat wisata dan hotel pun mengalami penurunan pendapatan. Kasus positif yang terus meningkat di Bali membuat sejumlah wisatawan enggan untuk untuk datang. Angka kematian akibat COVID-19 di Bali juga terus bertambah. Kini, pasien yang terkonfirmasi positif virus corona mencapai 18.454 dan meninggal dunia 543.

Gubernur Bali, I Wayan Koster menyebutkan pasien yang meninggal dunia kebanyakan akibat penyakit bawaan bukan karena virus corona. Hal tersebut disampaikan dalam acara pemaparan Pencapaian Kinerja Penanganan Covid-19 Provinsi Bali.

Ia juga menjelaskan ada pasien yang meninggal bukan karena COVID-19, tetapi dimasukkan ke daftar meninggal dunia akibat COVID-19. Koster mengatakan, terdapat rumah sakit yang melakukan hal tersebut. Namun, ia tak menyebutkan nama rumah sakit yang dimaksud.

Pada Maret 2020, pemerintah Denpasar memberikan dana kepada keluarga yang dinyatakan positif COVID-19 sebesar 150 ribu Rupiah per hari dan akan diberikan selama 14 hari atau maksimal 2,1 juta Rupiah per kartu keluarga.

Bantuan dana tersebut bertujuan untuk membantu keluarga yang terpapar COVID-19. Serta biaya untuk pasien yang meninggal dunia akibat COVID-19 sebesar 15 juta Rupiah per orang.

“Terdapat rumah sakit yang merekayasa hasil tes Covid-19 demi mendapatkan bantuan dana sebesar 200 juta dari pemerintah,” kata I Wayan Koster, belum lama ini.

Gubernur Bali ini juga menilai bahwa sebenarnya angka kematian akiabr COVID-19 di Pulau Dewata tidak sebanyak yang diberitakan. Diketahui, bila tingkat kepatuhan masyarakat Bali memakai masker ini cukup tinggi, yakni 96,47%.

Bukan hanya itu, masyararakat Bali juga patuh terhadap protokol kesehatan lainnya, seperti menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Koster masih bersikukuh bahwa pasien yang meninggal di Bali bukan karena COVID-19, melainkan karena penyakit bawaan dan mungkin menyangka sejumlah rumah sakit telah merekayasa demi mendapatkan bantuan dana dari pemerintah.

Terkait tingginya angka kematian Covid-19 di Bali, ahli Epidemiologi Universitas Udaya, I Made Ady Wirawan meminta agar dicarikan sebab dan akibat secara keilmuan. Menurutnya, hal ini penting agar tak terjadi dugaan yang mengatakan mereka yang meninggal karena sengaja di-COVID-19-kan dan sebagainya.

Jika ada pasien yang meninggal dengan penyakit lain tetapi pada saat di-swab ia positif, maka datanya akan tetap masuk ke dalam kategori meninggal karena COVID-19. Lalu, yang masuk ke rumah sakit tanpa gejala, kemudian meninggal dan pada saat di tes hasilnya positif COVID-19, maka ini tak lepas dari pasien tanpa gejala di Bali yang tinggi.

Reporter: Azizah Putri Octavina

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini