Gokil! Kerugian Akibat Kemacetan di Indonesia Tembus Rp 56 Triliun

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Bank Dunia merilis bahwa kerugian akibat kemacetan di Indonesia tidak hanya merugikan dari segi waktu saja, namun dalam hal materi. Tercatat selama setahun, kerugian mencapai Rp 56 triliun.

Dalam laporannya, Bank Dunia menjelaskan kemacetan timbul akibat laju urbanisasi yang belum merata. Warga lebih menggemari untuk tinggal di kota besar sehingga terjadi penumpukan populasi dan beban perekonomian di sana.

Global Director for Urban and Territorial Development, Disaster Risk Management and Resilience Bank Dunia, Sameh Wahba dalam laporan Bank Dunia berjudul ‘Mewujudkan Potensi Perkotaan Indonesia’ menyebutkan bahwa total biaya yang hilang akibat kemacetan lalu lintas untuk 28 wilayah metro di Indonesia sebesar 4 miliar US dollar per tahun atau sekitar Rp 56,7 triliun (kurs Rp14.188 per USD). Angka ini setara dengan 0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

“Jadi urbanisasi yang tidak dikelola dengan baik memberikan tekanan pada kemacetan, polusi, daerah kumuh, serta pemukiman dan infrastruktur,” katanya.

Bank Dunia mengungkapkan, untuk DKI Jakarta saja, total kerugian yang hilang akibat kemacetan lalu-lintas mencapai 2,6 miliar US dolar atau sekitar Rp 36,8 triliun.

Jakarta juga masuk dalam daftar sepuluh kota dengan kemacetan lalu-lintas tertinggi di dunia. Bahkan berdasarkan Indeks Kemacetan Lalu-lintas TomTom, Jakarta adalah kota dengan kemacetan tertinggi di antara 18 kota besar di seluruh dunia.

“Dengan estimasi tambahan waktu sebesar 58 persen yang diperlukan untuk setiap perjalanan, ke manapun dan kapanpun di Jakarta,” ujarnya.

Kota-kota kecil lain di Indonesia, seperti Padang dan Yogyakarta, juga bahkan mengalami kemacetan. Seperempat waktu perjalanan hilang akibat kemacetan lalu-lintas.

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini