Ekonomi Menggeliat, Surplus Dagang Cetak USD 5,74 Miliar

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Di tengah-tengah tidak menentunya perekonomian global, pencapaian neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus sebesar USD 5,74 miliar, pada Oktober 2021.

Dengan pencapaian kinerja itu, merujuk laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pemerintah pun meyakini tren serupa bakal tetap berlangsung hingga tahun depan.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan ekspor Indonesia memiliki tendensi stabil tinggi sampai tahun depan.

Salah satu pendorongnya adalah harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Di tengah pasokan kedelai dari negara produsen utama tetap ketat. Hal ini mengakibatkan harga minyak kedelai belum akan turun dalam beberapa waktu mendatang.

Mendag mewanti-wanti ada beberapa faktor yang berisiko menghentikan tren positif harga komoditas tersebut. Diantaranya, adalah krisis energi, berkurangnya stimulus dari pemerintah berbagai negara. Dan gangguan suplai barang imbas dari masalah logistik global yang belum terurai.

Bisa jadi sinyal dari Muhammad Lutfi benar. Tapi, Indonesia tetap harus mewaspadai bila asumsi itu meleset. Tentunya pemerintah sangat menyadari bahwa surplus saat ini bersifat sementara.

Pencapaian neraca perdagangan sepanjang Oktober itu tentu sangat membesarkan hati. Menurut laporan BPS, menguatnya permintaan ekspor dan kenaikan harga komoditas,  menjadi penyebab neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus USD 5,74 miliar pada Oktober 2021.

Hasil surplus di Oktober itu, naik dari posisi pada September 2021 sebesar USD4,37 miliar. Hal ini karena peningkatan impor migas pada Oktober 2021. Lembaga itu mencatat kenaikan impor migas 75,94 persen (yoy) dan 1,68 persen (mtm).

Surplus Oktober 2021 oleh HS27, yakni bahan bakar mineral. BPS mencatat negara penyumbang surplus, yaitu AS, Tiongkok, dan Filipina. Adapun, BPS juga mencatat perolehan ekspor pada Oktober 2021 mencapai USD 22,03 miliar.

Ekspor pada Oktober 2021 meningkat 53,35 persen (year on year/yoy). Adapun, secara bulanan (month to month/mtm), pertumbuhannya mencapai 6,89 persen. Nilai ekspor Oktober 2021 yang mencapai USD 22,03 miliar disumbang dari nonmigas sebesar USD 21,00 miliar dan migas USD 1,03 miliar.

Secara tahunan kenaikan ini karena kenaikan ekspor migas dan nonmigas sebesar masing-masing 66,84 persen dan 52,75 persen.

Sektor apa saja yang menyumbang kinerja ekspor yang moncer tersebut?

Bila dilihat dari per sektornya, industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yakni USD 16,07 miliar. Atau bila dilihat persentase, mencapai 72,94 persen.

Berikutnya, sektor pertambangan dan lainnya (USD 4,53 miliar), migas (USD 1,03 miliar) dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar USD 0,41 miliar.

Pertahankan Kinerja 

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan secara tahunan kenaikannya cukup tinggi. Kinerja ekspor, baik secara total dan nonmigas, pada 2021 lebih baik dari 2020 dan 2019.

Pada kesempatan itu, Kepala BPS juga menyampaikan bahwa pertumbuhan ekspor migas meningkat sebesar 66,84 persen (yoy) menjadi USD1,03 miliar. Ekspor migas ini menjadi motor kinerja ekspor Oktober 2021.

BPS mencatat pertumbuhan ini karena kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP). ICP sepanjang Oktober mencapai USD 81,8 per barel, naik dari USD 72,2 per barel pada September 2021.

“Kenaikannya month to month-nya sebesar 13,30 persen pada Oktober 2020 dan sebesar 114,87 persen secara year on year,” kata Margo.

Merespons kinerja neraca perdagangan, terutama ekspor industri pengolahan yang mencatat nilai ekspor sebesar USD 143,76  miliar sepanjang Januari–Oktober 2021. Menteri Perindustrian Agung Gumiwang Kartasasmita menyambutnya dengan positif.

Menurutnya, sektor industri memberikan kontribusi paling besar hingga 77,16% dari total nilai ekspor nasional selama delapan bulan tahun ini yang mencapai USD 186,32 miliar. “Sektor industri manufaktur masih konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Artinya, sektor industri masih punya tingkat resiliensi yang tinggi terhadap berbagai tantangan global, termasuk dampak pandemi Covid-19,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Meskipun dari sisi kinerja, neraca perdagangan surplus, kinerja dari sisi impor pada Oktober 2021 tercatat mencapai sebesar USD16,29, atau tumbuh persen 51,6 persen (yoy) dan naik 0,36 persen (mtm).

Bayangkan, dari total nilai impor senilai USD16,29, impor bahan baku atau penolong memberikan kontribusi terbesar, yakni USD12,31 miliar. Berikutnya impor barang modal (USD2,39 miliar), dan impor untuk kepentingan konsumsi USD 1,59 miliar.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini