Ditopang Rilis Data Ekonomi AS, Rupiah Diramalkan Balik ke Zona Hijau

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan berbalik menguat pada perdagangan Kamis 31 Oktober 2019.

Sebagai perbandingan, kemarin rupiah ditutup melemah tipis 0,01 persen di level Rp 14.027 per dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi penguatan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.010 hingga Rp 14.055 per dolar AS.

Menurut dia, penguatan rupiah ini akan ditopang oleh sejumlah sentimen dari luar negeri maupun dari dalam negeri di antaranya,

Pertama, rilis data ekonomi AS yang positif diantaranya penjualan ritel yang dicerminkan dalam Redbook mencatat kenaikan 4,3 persen secara tahunan pada pekan yang berakhir 26 Oktober. Indeks harga perumahan AS pada Agustus juga naik 2 persen secara tahunan. Sementara penjualan rumah bukan baru pada September naik 3,9 persen secara tahunan.

“Data-data ini mengisyaratkan perekonomian AS masih menggeliat, dan kemungkinan besar resesi tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Kalau situasinya seperti ini, dalam pertemuan The Fed Kamis nanti kemungkinan akan kembali menurunkan suku bunga,” kata Ibrahim kemarin sore.

Dua, terjadi ketegangan antara Beijing dan Washington kembali berkobar. Hal ini terjadi setelah AS dan 22 negara lain di PBB mendesak China untuk berhenti menahan etnis Uighur dan Muslim lainnya.

Tiga, soal Brexit. Pemimpin oposisi Partai Buruh Jeremy Corbyn mengatakan partainya dapat mendukung pemilihan umum sebelum Desember karena Uni Eropa telah memperpanjang batas waktu Brexit hingga 31 Januari 2020.

“Anggota parlemen Inggris setuju utk mengadakan pemilihan umum awal pada 12 Desember. Amandemen RUU tersebut, termasuk tanggal pemilihan alternatif 9 Desember dan penurunan usia pemungutan suara menjadi 16, sebelumnya ditolak,” ujar Ibrahim.

Sementara dari dalam negeri, pergerakan rupiah akan dibayangi oleh sikap investor yang menunggu rilis data inflasi bulan Oktober di akhir pekan ini. Konsensus yang dihimpun para analis memperkirakan inflasi bulan ini sebesar 3,27 persen secara tahunan, atau melambat dibandingkan September yaitu 3,39 persen. Namun masih sesuai dengan ekspektasi pemerintah.

Disamping itu, dengan melihat kondisi global terutama perang dagang dan Brexit yang masih belum ada penyelesaian secara pasti, maka pemerintah akan segera melakukan reformasi di segala bidang terutama reformasi di bidang perpajakan, perijinan dan birokrasi.

“Bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar valas dan saham-saham hipotik/Obligasi di perdagangan DNDF yang sdh berjalan sampai saat ini dan membantu menstabilkan mata uang garuda kembali stabil di harga yang wajar,” kata Ibrahim.

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini