Cuek dengan Corona, Donald Trump Undang 7.500 Warga Ikut Pesta Kembang Api

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump layak menjadi sosok kontroversial saat ini. Disaat pandemi Covid 19 yang semakin meluas di negara ini, termasuk jumlah korban yang terus melonjak, Trump malah berencana mengundang 7.500 orang untuk hadir pada pesta kembang api perayaan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat yang jatuh pada 4 Juli.

Perayaan ini akan diadakan di Monumen Nasional Gunung Rushmore, South Dakota. Alih-alih menjaga jarak, Trump berencana mengundang sekitar 7.500 orang ke pesta kembang api yang akan digelar pada Jumat (3/7) malam. Pesta kembang api itu digelar tanpa protokol kesehatan seperti aturan menjaga jarak yang jelas. ”Kita akan menjalani malam yang luar biasa. Ini akan menjadi pertunjukan kembang api yang tak pernah dilihat banyak orang sebelumnya. Ini akan menjadi perayaan yang sangat menarik,” kata Trump, Kamis 2 Juli 2020 waktu setempat.

South Dakota adalah wilayah favorit Trump. Di negara bagian ini, ia berhasil meraup 60 persen suara dalam pemilihan presiden 2016 lalu.

Monumen Nasional Gunung Rushmore merupakan sebuah gunung batu yang diukir menjadi patung berbentuk wajah empat presiden AS yakni George Washington, Thomas Jefferson, Theodore Roosevelt, dan Abraham Lincoln.

Sudah sejak lama Trump menyatakan ketertarikannya pada monumen yang dipahat dari 1927-1941 itu. Pada 2017 lalu, Trump bahkan sempat bergurau bahwa suatu hari nanti wajahnya juga akan terukir di gunung tersebut bersama keempat pendahulunya.

Gubernur South Dakota Kristi Noem mengimbau warganya untuk tetap waspada di tengah perayaan 4th of July. ”Kami tetap memberitahu warga yang cemas bahwa mereka tetap bisa tinggal di rumah,”ujar Noem seperti dikutip AFP.

Negara Bagian South Dakota akan menyiapkan masker gratis bagi warga yang ingin datang dan bergabung di Gunung Rushmore.”Kami akan menjaga jarak,” katanya.

AS tercatat memiliki kasus positif corona hingga 2,83 juta dengan 131,485 kematian. Jumlah tersebut membuat AS masih memimpin sebagai negara dengan kasus positif corona dan kematian tertinggi di dunia. Pihak berwenang AS bahkan masih menemukan puluhan ribu kasus positif corona baru setiap harinya. Seorang ahli penyakit menular kawakan AS, Anthony Fauci, menuturkan penanganan virus corona di AS “berjalan ke arah yang salah”.

Ia juga menuturkan bahwa pemerintah belum bisa mengendalikan penularan virus corona di Negeri Paman Sam. Fauci bahkan memperingatkan bahwa kasus corona baru bisa bertambah dua kali lipat menjadi 100 ribu per hari jika pihak berwenang gagal mengambil langkah yang tepat dan cepat untuk mengendalikan penularan Covid-19.

Pemerintahan Trump memang terus mendapat kritik lantaran dinilai gagal menangani pandemi virus corona di AS.

Sang presiden bahkan telah meremehkan ancaman corona sejak virus itu pertama kali terdeteksi muncul di AS. Trump bahkan meremehkan protokol kesehatan yang ditetapkan lembaga kesehatan negaranya sendiri seperti menolak memakai masker dan menganggap pemeriksaan Covid-19 berlebihan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini