Canggih! Rusia buat Baju Tempur Masa Depan Antipeluru

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bayangkan seorang serdadu menggunakan seragam full antipeluru dengan persenjataanya di kostumnya.

Itulah gambaran dari Industri peralatan militer Rusia, Rostec yang saat ini memproduksi baju yang mampu menahan peluru senapan mesin berat.

Nama produknya adalah Sotnik. Militer Rusia berencana mendistribusikan peralatan Sotnik untuk tentara masa depan kepada personelnya pada tahun 2025. Tepatnya, Sotnik akan menggantikan pakaian tempur Ratnik yang sudah ada.

Pakaian Tempur Ratnik yang dimiliki Pasukan Rusia
Pakaian Tempur Ratnik yang dimiliki Pasukan Rusia

 

Peralatan tempur Ratnik saat ini meliputi peluru, kaliber 7,62 mm, seragam pelindung tubuh, helm khusus yang dilengkapi monokuler penglihatan malam termal dan bahkan senter.

Beberapa barang terpisah lainnya seperti masker gas, ransel, pemanas, filter air, dan peralatan medis, terdapat juga sistem komunikasi terintegrasi.

“Militer Rusia tampaknya serius untuk menggantikan Ratnik dengan Sotnik,” kata Samuel Bendett, seorang analis di Pusat Analisis Angkatan Laut AS.

Namun, bagi Sotnik, tekad membuat teknologi masa depan dianggap ambisius. Rostec mengatakan bahwa sistem peralatan personel tentara generasi keempat akan melakukan sejumlah inovasi, termasuk sepatu pelindung anti-ranjau dan seragam tahan panas untuk mencegah tentara terdeteksi oleh musuh, serta komponen anti-radar.

Sotnik juga akan mengintegrasikan penggunanya dengan perintah dan kontrol otomatis serta ‘drone mikro’ sehingga gambar yang dikumpulkan dapat dikirim ke kacamata khusus secara langsung.

Pernyataan paling gila didasarkan pada kemampuan lapis baja itu untuk menahan peluru senapan mesin berat kaliber 50 logam dan plastik. Armor Sotnik generasi keempat terdiri dari serat polietilen ringan dan pelat baja yang dirancang untuk menahan tembakan langsung dari M2 Browning kaliber .50.

Polietilen adalah plastik. Saat ini, pelindung polietilen telah menjadi kenyataan, dan menggunakan kelemahan umum plastik, yaitu meleleh. Saat peluru mengenai armor, plastik akan meleleh, sehingga kecepatan peluru dapat ditahan hingga akhirnya berhenti.

Polietilen yang digunakan dalam peralatan tempur Rusia disebut “Superthread”. Media resmi Rusia mengklaim polietilen ini lebih ringan dari polietilen yang dikembangkan oleh Israel dan militer AS, tetapi memberikan perlindungan lebih.

Bisakah armor yang terbuat dari polietilen dan logam dapat menghentikan peluru kaliber 50? Jawabannya bisa. Semuanya bisa berhenti. Namun, merupakan masalah besar untuk membuatnya cukup ringan untuk digunakan personel dan nyaman dipakai.

Sebagai gambaran, armor Angkatan Darat AS Kelas III saat ini akan menghentikan peluru 7,62 mm (308 Winchester). Berat peluru kaliber .50 adalah empat kali lipat energinya, dan hampir enam kali lipat dari peluru 7,62 mm.

Modular Scalable Vest militer AS dapat menahan peluru 7,62 mm, dengan berat 11,3 kg. Pelat baja AR500 dengan tebal sekitar 1,25 inci akan menghentikan peluru kaliber .50, tetapi pelat baja itu berat. Jumlah plastik yang harus digunakan juga harus diperhatikan.

Tentunya bisa dibayangkan bahwa baju tempur yang 4 kali lebih berat dari kaliber 7.62mm dan memiliki peluru yang lebih kuat untuk menghentikan peluru akan sangat tidak nyaman.

Salah satu kemungkinannya adalah Rusia menggunakan titanium sebagai pengganti baja. Titanium lebih kuat dan lebih ringan dari baja. Selama perang dingin, Uni Soviet pernah menggunakannya untuk membuat pelindung tubuh.

Insinyur militer Rusia benar-benar ingin menggunakannya kembali, masih sulit membayangkan seseorang dapat bertahan dari peluru senapan mesin berat. Sejauh ini, kemampuan tersebut hanya ada di film dan game fiksi.

Reporter : Rama Kresna Pryawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Produksi Sampah Capai 65 Ton selama Lebaran, WALHI Jogja Ingatkan Penanganan Jangan hanya Menumpuk

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY mencatat peningkatan sebanyak 65 ton sampah di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul selama periode 8-15 April 2024 atau masa lebaran. Persoalan sampah di DIY ini juga diingatkan oleh WALHI agar Pemda mencari penanganan lanjutan ke depan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini