BMKG: Ini Sejarah Gempa Majene, Diprediksi 2019 Terjadi Sekarang

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTAGempa yang meluluhlantakkan Majene dan beberapa daerah di Sulawesi Barat (Sulbar) Jumat 15 Januari 2021 dini hari menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono memiliki sejarah.

Gempa itu sebenarnya merupakan pengulangan dari gempa yang diikuti tsunami pada 23 Februari 1969 yang saat itu berkekuatan 6,9 pada kedalaman 13 kilometer.

Akibatnya 64 orang meninggal dunia, 97 luka-luka dan 1.287 rumah maupun masjid rusak berat. Dermaga pelabuhan saat itu pecah dan terjadi tsunami dengan ketinggian hingga 4 meter di Pelattoang dan setinggi 1,5 meter di Parasanga dan Palili.

Menurut Daryono, gempa dengan kekuatan serupa terjadi lagi pada 1984 atau 25 tahun setelah gempa pertama tersebut. Hal itu dibenarkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

“Kalau kami menghitung pengulangannya itu sebetulnya terjadinya kurang lebih tahun 2019 terjadinya ya,” ujar Dwikorita dalam konferensi persnya, Jumat 15 Januari 2021.

Namun perkiraan itu meleset hingga baru terjadi awal 2021 dengan rentetan gempa sejak Kamis 14 Januari 2021 pukul 23.00 WITengah hingga Jumat 15 Januari 2021 pukul 01.28 WITengah sebanyak 57 kali.

Menurut Daryono, Gempa Majene dipicu sumber gempa Sesar Naik Mamuju (Mamuju Thrust). Sesar itu terjadi di lepas pantai sebagai fold-thrust-belt yang sangat aktif. Hal ini sesuai sengan analisis mekanisme sumber BMKG yang menunjukkan pergerakan naik (thrust fault).

Daryono menghitung, pusat gempa Majene hari ini sangat berdekatan dengan sumber gempa yang memicu tsunami pada 23 Februari 1969 dengan kekuatan 6,9 pada kedalaman 13 kilometer.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini