MATA INDONESIA, JAKARTA – Demi menjaga stabilitas mata uang garuda di tengah ancaman wabah corona, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan imbauan untuk para eksportir. Para pengusaha lokal yang berkecimpung dalam ekspor ke luar negeri ini diminta untuk mengonversi Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang berbentuk valuta asing (valas) menjadi rupiah.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, untuk memudahkan para pengusaha melakukan penukaran, pihaknya telah memberikan fasilitas transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) atau transaksi jual-beli valuta asing dengan kontrak jangka waktu tertentu yang terjadi di pasar valas domestik.
“Kami sudah perbanyak DNDF ini bisa dilakukan untuk hedging atau lindung nilai sehingga tidak perlu khawatir jual dolar sekarang, karena dengan DNDF ini bisa melindungi risiko nilai tukar,” ujarnya melalui video conference, Kamis 2 April 2020.
Perry mengatakan pengaturan pengelolaan lalu lintas devisa hanya ditujukan kepada penduduk Indonesia. Ini sesuai dengan amanat Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19.
Meskipun demikian, Perry mengaku belum akan mewajibkan eksportir maupun investor asing mengonversi DHE ke rupiah di tengah tekanan ekonomi akibat virus corona. “Kami di BI itu belum ada rencana pada saat ini untuk wajibkan eksportir konversi dolarnya ke rupiah,” katanya.
Ia tidak menampik untuk memulihkan ekonomi dalam tekanan seperti ini, Indonesia perlu memiliki tabungan dalam negeri. Namun demikian, saat ini Indonesia masih membutuhkan investasi asing. “Dalam terminologi ekonomi kami masih menghadapi kesenjangan tabungan dan investasi atau saving investment gap. Di sinilah investasi asing diperlukan,” ujarnya.
Dalam catatan bank sentral, lebih dari 80 persen eksportir telah memasukkan DHE ke dalam negeri. Namun demikian, DHE yang masuk itu mayoritas masih dalam bentuk valas.
