Beruntungnya Indonesia Punya Pancasila, Berkaca dari Kasus Rasis di AS

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kematian warga kulit hitam George Floyd di tangan anggota kepolisian Minneapolis AS Derek Chauvin sungguh disayangkan dan tak berprikemanusiaan.

Dalam kondisi diborgol, leher Floyd ditindih lutut Chauvin ketika ia tiarap. Aksi Chauvin inilah yang kemudian menewaskan George Floyd.

Kematian Floyd pun memantik amarah warga AS yang berujung insiden vandalisme di sejumlah wilayah. Polisi pun langsung mendapat izin menembak para pelaku kerusuhan dengan peluru karet.

Sayangnya, keputusan itu justru makin memancing emosi masyarakat. Aksi demo pun kian meluas ke sejumlah negara bagian.

Berkaca dari kasus rasis di AS tersebut, masyarakat Indonesia patut berbangga karena kejadian serupa tak lagi terjadi di masa kini. Semua ini berkat pancasila yang kita peringati hari lahirnya tiap tahun pada 1 Juni.

Pengamat pertahanan dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati pun mengamini hal tersebut. Ia mengatakan, pancasila bukan semata-mata menjadi dasar negara Indonesia. Pancasila justru sudah menjadi pedoman hidup seluruh bangsa Indonesia.

“Hendaknya peringatan hari lahir pancasila ini tidak sekedar suatu hal yang bersifat seremonial belaka, melainkan bisa menjadi motor penggerak penerapan pancasila di tengah masyarakat,” ujarnya kepada Mata Indonesia, Senin 1 Juni 2020.

Ia juga menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa di tengah wabah corona (Covid-19) ini dibutuhkan solidaritas sosial dan sikap gotong-royong yang merupakan proyeksi dari nilai-nilai luhur pancasila.

“Bukan malah ada pihak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya yang ingin memecah belah bangsa maupun mengganggu pemerintahan yang sah, baik itu dari kelompok yang atasnamakan agama tertentu atau kelompok politik tertentu,” kata sosok yang karib disapa Nuning ini.

Lebih lanjut ia mengatakan, bentuk gerakan anti Pancasila seperti halnya radikalisme dan ekstremisme di Indonesia memang harus dilawan oleh semua komponen bangsa. Saat ini terorisme adalah musuh bersama (public enemy) yang memang menjadi target bersama TNI-Polri.

Ancaman bagi pancasila bisa datang dari dalam maupun luar negeri yaitu masuknya berbagai kebudayaan dan paham baru dari luar negeri. Lalu adanya campur tangan politik dari badan-badan asing di dalam negeri, maraknya propaganda politik yang bertujuan melemahkan pancasila baik melalui media sosial maupun media mainstream dari dalam dan luar negeri.

“Dalam hadapi ancaman ideologi ini kita patut apresiasi BIN di bawah kepemimpinan Budi Gunawan yang telah mampu meminimalisir disintegrasi bangsa serta turut serta menjaga stabilitas nasional di segala lini bidang Ipoleksosbud,” ujarnya.

Ia juga menyarankan agar pendidikan cinta tanah air dan pemahamana pancasila harus digalakkan di lembaga pendidikan dan politik dengan cara yang modern atau mengikuti perkembangan zaman sehingga lebih mudah diterima masyarakat.

“Program deradikalisasi dan antiradikalisasi harus semakin digalakkan ditengah masyarakat. Termasuk deradikalisasi dunia Maya, karena semakin banyaknya berita hoaks dan hal berbau post truth,” katanya.

Nuning lantas meminjam pandangan Bung Karno soal pancasila. Menurutnya, Soekarno sendiri sudah menjadikan pancasila sebagai kekuatan dalam mempersatukan Indonesia.

“Sudah terbukti Pancasila yang saya gali dan dipersembahkan kepada rakyat Indonesia adalah satu dasar yang dinamis satu dasar yang benar-benar bisa menghimpun seluruh tenaga Indonesia dan mempersatukan Indonesia,” demikian kata Presiden pertama RI tersebut.

Paradigma pancasila pun pernah digagas dengan cemerlang oleh pendiri Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Nicolaus Driyarkara, SJ. Sosok yang melahirkan pemikiran filsafat Pancasila ini yang menampilkan segi keindahan dari pancasila.

Pemikiran ini bertitik tolak dari sila ke-2 pancasila, tanpa mengabaikan sila-sila yang lain. Untuk sampai pada pancasila, maka perlu memandang kodrat manusia qua talis (baca: sebagai manusia).

Bagi Driyarkara, pancasila itu melekat alias inheren pada eksistensi manusia, yang ada dan membersama dalam cinta kasih kepada Tuhan. Pun pancasila adalah dasar negara yang mengandung tujuan untuk kesejahteraan umum.

Sementara pengamat pendidikan Budi Trikorayanto mengungkapkan bahwa pancasila adalah ideologi negara dan merupakan suatu kondisi ideal yang ingin dicapai dalam hidup bersama.

“Seluruh pergerakan bangsa mesti menuju ke sana. Mulai dari wacana, hukum perundangan, sampai pada berbagai kegiatan pembangunan,” katanya.

Ia pun menganjurkan agar pemerintah dan masyarakat perlu mengimplementasikan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan bersama. “Jangan hanya sebatas omongan dan wacana saja, tapi dalam tindakan berbeda,” ujanya.

Budi juga mengatakan, tindakan-tindakan dan ragam ujaran kebencian dan tindakan anarkis yang bersifat SARA harus dicegah. Lantaran menjadi embrio yang jahat bagi persatuan bangsa yang kerap dimanfaatkan merongrong pancasila.

Ia juga menyarankan agar pemerintah dan masyarakat perlu mewaspadai bahaya laten dari radikalisme islam karena jelas memusuhi Pancasila. Bahkan menolak Kerakyatan atau demokrasi, menolak persatuan Indonesia dan kemanusiaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini