Begini Jurus Menteri Sri Mulyani Mitigasi Tekanan Pasar Keuangan Global

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tekanan ekonomi global mulai menyerang pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di awal pekan ini, Senin 9 Maret 2020. Bahkan status indeks kali ini menduduki posisi terlemah di bursa Asia.

Diketahui, IHSG ditutup melemah 6,58 persen ke level 5.136 di tengah sentimen perang harga minyak mentah dunia yang juga merupakan efek rambatan meluasnya virus Corona atau COVID-19. Menyikapi kondisi ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan pihaknya terus mencermati fluktuasi tekanan di pasar keuangan global.

Salah satunya dengan menyiapkan kebijakan memitigasi kemungkinan dampak lanjutan terhadap fundamental makro ekonomi domestik dan dunia usaha. Saat ini, lanjutnya, pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan merancang kebijakan untuk memitigasi keberlanjutan anjloknya IHSG dan efek rambatan ke kinerja dunia usaha.

“Situasi dinamika yang berasal dari pasar keuangan global ini, tentu nanti akan menimbulkan aksi reaksi juga dari sisi kebijakan. Dari kita kan tetap sama. Kami dengan Gubernur BI dan OJK akan terus mengawal dan melihat dinamika ini,” ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 9 Maret 2020.

Pemerintah bersama BI dan OJK, kata dia, juga akan meminimalisir dampak dari tekanan ekonomi global ini ke perbankan maupun korporasi non perbankan. “Jika dinamika atau volatilitasnya, ya, kalau memang dunia sedang bergejolak kan tidak bisa kita lakukan sesuatu yang totally (secara keseluruhan) tidak terkena. Namun yang bisa kita lakukan, mitigasi dampaknya seminimal mungkin,” katanya.

Penurunan IHSG hari ini merupakan penurunan harian terdalam dalam 8,5 tahun terakhir. Semua indeks sektoral tercatat negatif, sektor aneka industri mengalami kerugian paling banyak yaitu 9,42 persen, disusul o|eh sektor pertanian minus 7,92 persen dan sektor industri dasar dan kima minus 7,35 persen.

Bukan hanya IHSG, seluruh bursa dunia cukup tertekan pada perdagangan hari ini yang dipicu oleh menurunnya harga minyak sedalam 26 persen ke level 33,32 dolar AS per barel akibat ketidaksepakatan antara OPEC dan Rusia mengenal jumlah produksi.

Alhasil, Arab Saudi memangkas harga jual minyak dan mempersiapkan peningkatan produksi, yang akhirnya memicu kekhawatiran akan terjadinya perang harga. Perdagangan hari ini ditutup dengan Indeks Nikkei turun 5,07 persen, Indeks Hang Seng turun 4,23 persen, Indeks Shanghai turun 3,01 persen, indeks Shenzhen turun 3,79 persen dan indeks KOSPI turun 4,19 persen.

Tekanan geopolitik tersebut telah menambah penurunan pasar saham global yang sebelumnya terlebih dahulu dipicu oleh COVID-19 yang mengancam perlambatan ekonomi dunia.

Menurut data terbaru dari Worldometer, sudah ada sekltar 110 ribu kasus COVID-19 di seluruh dunia dengan sekitar 3,8 ribu jiwa yang telah meninggal dunia. Kekhawatiran ini semakin diperburuk dengan penyebaran virus ke negara lainnya seperti Korea Selatan dan ltalia. Pada saat ini, Indonesia telah mencatat 19 kasus dari wabah COVID-19.

Khawatir akan semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi global, bank sentral beberapa negara mulai mengambil Iangkah untuk menjaga stabiltas pertumbuhan ekonomi.

Dimulai dengan China yang menurunkan suku bunga pinjaman utama sebesar 10 bps pada Februari Ialu, Indonesia dan Filipina yang memotong 25 bps. Begitu juga dengan Rusia, Brasil dan Meksiko walaupun Korea Selatan masih mengambil Iangkah “wait and see” pada saat ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini