Angin Positif Damai Dagang AS-Cina, Rupiah Diramalkan Kian Perkasa Hari Ini

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Membaiknya sejumlah sentimen global diprediksi bakal menopang laju nilai tukar rupiah atas dolar AS untuk tetap perkasa di kisaran 13.000-an pada Rabu, 18 Desember 2019. Kemarin rupiah ditutup di posisi Rp 13.990 per dolar AS atau menguat 0,11 persen.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim meramalkan rupiah akan bergerak menguat di kisaran Rp 13.980 hingga Rp 14.020 per dolar AS. Ia mengatakan, sejumlah sentimen yang membayangi laju rupiah hari ini di antaranya sebagai berikut.

Pertama, masih soal hubungan AS-Cina yang menunjukkan perkembangan positif. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence ‘Larry’ Kudlow menyebutkan, kesepakatan sudah sepenuhnya tercapai, dan itulah hal yang paling penting.

“Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari Cina akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari. Selepas itu, AS-Cina akan memulai negosiasi damai dagang fase II,” kata Ibrahim kemarin sore.

Kedua, soal rilis data ekonomi Cina yang menggembirakan. Terutama produksi industri periode November 2019 diumumkan naik 6,2 persen secara tahunan, mengalahkan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 5 persen saja. Kemudian, penjualan barang-barang ritel periode yang sama tumbuh sebesar 8 persen, lebih tinggi dari perkiraan yang sebesar 7,6 persen.

Ketiga, soal Brexit. Investor sedang mencerna laporan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tengah mencari cara lain pada periode transisi Inggris setelah Brexit. Ia berusaha secara efektif menciptakan tebing baru dalam negosiasi dengan Brussels.

“Revisi Perjanjian Penarikan Johnson yang direvisi Johnson akan mengharuskan Inggris untuk memiliki pengaturan untuk meninggalkan Uni Eropa pada 31 Desember tahun depan. Ada harapan Johnson akan mengambil pendekatan yang fleksibel untuk batas waktu akhir 2020 untuk kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa setelah Inggris keluar dari Brexit,” ujar Ibrahim.

Sementara dari dalam negeri, laju rupiah dibayangi oleh sikap investor yang bereaksi positif atas rilis data neraca perdagangan di November 2019 mengalami defisit sebesar 1,33 miliar dolar AS. Angka defisit tersebut dinilai mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2018 yang mencapai 8,5 miliar dolar AS. Sementara pada 2019 ini defisit dari Januari hingga November baru mencapai 3 miliar dolar AS.

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini