Aktivis Thailand Dibui Akibat Hina Monarki

Baca Juga

MATA INDONESIA,BANGKOK – Seorang aktivis Thailand dipenjara selama dua tahun setelah pengadilan menemukan dia menghina monarki dengan berpakaian seperti ratu Thailand.

Jatuporn ‘New’ Saeoueng mengenakan gaun merah muda pada demonstrasi Bangkok pada tahun 2022.

Dia membantah tuduhan penghinaan kerajaan dengan mengatakan dia baru saja mengenakan pakaian tradisional. Tetapi Thailand memiliki undang-undang yang sangat ketat secara efektif melarang kritik terhadap raja dan bangsawan lainnya.

Sejak Raja Maha Vajiralongkorn naik takhta pada 2019,kelompok hak asasi mengatakan pihak berwenang semakinmenerapkan undang-undang lese-majeste untuk meredam gerakan protes yang menuntut refoemasi monarki yang kuat.

Sejak November 2020, setidaknya 210 pengunjuk rasa telah didakwa dengan pelanggaran lese-majeste, setelah periode tiga tahun dimana hukum tidak ditegakkan sama sekali, kata kelompok hukum Thailand.

Dia menghadiri protes pada tahun 2020 sebagai penampil yang menggunakan gaun sutra merah muda formal. Ia berjalan di karpet merah ditemani oleh petugas yang memegang payung diatas kepalanya.

Istri raja,Ratu Suthida sering memakai busana sutra formal untuk acara-acara publik. Para bangsawan Thailand juga sering memiliki pelayan yang membawa payung diatas mereka pada upacara.

Jatuporn mengatakan “Saya tidak punya niat untuk mengejek siapapun. Saya berpakaian untuk diri saya sendiri pada hari itu,untuk versi diri saya dalam pakaian tradisi Thailand,” dilansir dari BBC.

Protes karpet merah adalah salah satu dari beberapa tahun yang kritis terhadap monarki dan pengaruhnya terhadap pemerintah militer.

Juru biacara Amnesty International mengatakan bahwa pertunjukan busana adalah satir tentang situasi politik negara. Acara publik yang damai mirip dengan festival jalanan.”

Tahun lalu, seorang mantan pegawai negeri yang dianggap kritis terhadap bangsawan di media sosial dijatuhi hukuman 43 tahun penjara.

Gerakan protes awalnya menargetkan pemerintah yang didukung militer,yang dipimpin oleh mantan pemimpin junta. Namun kritiknya kemudian meluas hingga mencakup raja baru dan keluarga kerajaan.

Gerakan itu menghancurkan tabu untuk mengkritik monarki,meskipun para pemimpin protes berhati-hati untuk menyerukan perubahan monarki bukan menghapus.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pelantikan dan Pengukuhan 27 Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Pemprov NTT

Mata Indonesia, Kupang - Sebanyak 27 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dilantik dan dikukuhkan oleh Penjabat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini