6 Februari 2020, Rupiah Diprediksi Bakal Lanjutkan Penguatan

0
189
Rupiah Diprediksi Balik Menguat, Jika BI Tahan Suku Bunga Acuan
Ilustrasi Rupiah (istimewa)

MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan akan melanjutkan penguatan pada Kamis, 6 Februari 2020. Kemarin, rupiah ditutup pada posisi Rp 13.675 per dolar AS atau menguat 0,26 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim meramalkan laju rupiah hari ini akan berkisar dari Rp 13.675 – Rp 13.750 per dolar AS. kata dia, penguatan mata uang garuda masih akan dibayangi oleh sentimen wabah corona. Penyakit ini diklaim WHO bisa disembuhkan.

“Penyakit ini tetap menjadi fokus karena jumlah korban tewas di daratan Cina meningkat menjadi 490 jiwa. Walaupun jumlah kematian meningkat, WHO menyatakan keyakinannya bahwa penyebaran virus dapat diatasi,” kata dia kemarin.

Selain itu, laju rupiah dibayangi oleh upaya Cina yang menyuntikkan dana sekitar 1,7 triliun yuan atau setara 243 miliar ke dalam sistem keuangan sebagai upaya untuk mendukung ekonominya.

Di sisi lain, kian banyak maskapai penerbangan dan negara-negara mengeluarkan larangan perjalanan ke Cina minggu ini. Sementara pabrik-pabrik tidak beroperasi dan toko-toko tetap tutup.

“Seorang ekonom Cina juga meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal pertama negara itu dapat turun menjadi 5 persen atau bahkan lebih rendah karena wabah virus corona,” ujar Ibarahim.

Kemudian upaya Inggris untuk keluar dari Uni Eropa turut menjadi salah sentimen bagi mata uang garuda. Keluarnya Inggris menjadi bukti nyata bahwa negara tersebut ingin mandiri. Hal ini ditegaskan oleh PM Inggris Boris Jhonson

Sementara dari dalam negeri, pergerakan rupiah disebabkan oleh data realisasi pertumbuhan ekonomi 2019 yang hanya 5,02 persen. Jumlah ini cukup jauh di bawah pencapaian tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar 5,17 persen.

Dalam kuartal IV/2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik 4,97 persen dibandingkan kuartal IV/2018. Sementara itu, dibandingkan kuartal III/2019, pencapaiannya terkontraksi 1,74 persen.

“Namun di saat ekonomi global bergejolak akibat perang dagang dan Brexit serta ketegangan di Timur Tengah yang meningkat, mempertahankan PDB di 5,02 persen merupakan level yang cukup bagus dibandingkan negara Asia lainnya dan ini pembuktian bahwa strategi bauran kebijakan yang diterapkan pemerintah dan Bank Indonesia yang terus agresif dalam menurunkan suku bunganya membuat perekonomian kian stabil,” kata Ibrahim.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini