50 Tentara AS Cedera Otak Akut Pasca Serangan Rudal Iran

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Sebanyak 50 orang tentara Amerika Serikat mengalami cedera otak akut akibat serangan rudal Iran di pangkalan militer Irak. Hal itu diketahui berdasarkan angka terbaru yang dirilis Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon, Selasa, 28 Januari 2020.

Jumlah itu meningkat dari 16 orang yang disebutkan militer sebelumnya. Presiden Donald Trump dan beberapa pejabat tinggi lain pada awalnya mengatakan bahwa serangan Iran 8 Januari tidak menewaskan atau mencederai satu pun anggota militer AS.

Dikutip dari AFP, Juru Bicara Pentagon Letnan Kolonel Thomas Campbell mengatakan para tentara didiagnosis cedera otak traumatis (TBI).

Pernyataan tersebut berisi keterangan soal personel cedera dalam serangan di pangkalan udara Ain al-Asad di Irak barat. Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh penderita gegar otak biasanya termasuk pusing, pening, sensitif pada cahaya serta mual.

Sebanyak 31 dari 50 tentara itu dirawat di Irak dan telah kembali bertugas, termasuk 15 di antaranya yang didiagnosis baru-baru ini, kata Campbell. Delapan belas dari 50 personel tersebut telah dibawa ke Jerman untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut.

Satu dari mereka dibawa ke Kuwait dan sudah bertugas lagi, katanya. “Itu gambaran saat ini dan jumlahnya mungkin bisa berubah,” kata Campbell.

Menurut data Pentagon, sejak tahun 2000 sekitar 408.000 personel militer telah didiagnosis mengalami gegar otak. Iran menembakkan rudal-rudalnya ke Ain al-Asad sebagai balasan atas pembunuhan yang dilakukan AS terhadap jenderal utama Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani, melalui serangan pesawat nirawak di bandara Baghdad pada 3 Januari.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pelantikan dan Pengukuhan 27 Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Pemprov NTT

Mata Indonesia, Kupang - Sebanyak 27 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dilantik dan dikukuhkan oleh Penjabat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini