Serahkan Hartanya ke Negara, Umar bin Abdul Aziz Fokus Memakmurkan Rakyatnya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tak salah jika sejarah Islam menempatkan Khalifah Umar bin Abdul Aziz sebagai ‘khalifah kelima’ yang bergelar Amirul Mukminin. Sifat adil, jujur, sederhana, dan bijaksananya mampu menorehkan tinta emas kejayaan yang mengharumkan umat Islam.

Kesederhanaannya begitu dicintai rakyatnya. Ia dan keluarganya rela hidup sederhana dan menyerahkan harta kekayaannya ke kas negara. Khalifah Umar bin Abdul Aziz sangat berani dan tak pandang bulu memberantas segala bentuk praktik korupsi yang dilakukan para pejabat Umayyah.

Semua pejabat yang terlibat korupsi dipecat. Langkah itu dilakukan demi menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Baginya, jabatan bukanlah alat untuk meraup kekayaan, tapi amanah dan beban yang harus ditunaikan dengan benar.

Abu Ubaid mengisahkan, Umar bin Abdul Aziz pernah mengirim surat kepada Gubernur Hamid bin Abdurrahman agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. Namun, uang yang diberikannya masih sisa. Kemudian Umar memerintahkan untuk membantu orang yang terlilit utang dan membantu membayarkan mahar orang miskin yang ingin menikah.

Kedudukan, kekuasaan, dan kekayaan yang ada di tangannya tidak membuatnya ia berpenampilan mewah. Sepanjang hidupnya pun hanya didedikasikan untuk kemajuan dan kemakmuran rakyatnya.

Saat Umar bin Abdul Aziz sakit, para menteri menyuruh istrinya agar menggantikan pakaian sang khalifah. Dengan rendah hati istrinya berkata, “Cuma itu saja pakaian yang dimilikinya.” Hal itu begitu kontras dengan keadaan rakyatnya yang sejahtera dan kaya raya.

Ketika meninggal pun, ia hanya menyisakan warisan sebesar 10 dinar. Saat menjelang kematiannya ia memanggil anak-anaknya, “Wahai anak-anakmu, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama menjadikan kalian semua kaya dan ayah masuk neraka. Kedua menjadikan kalian miskin seperti sekarang dan ayah masuk surga. Dan sesungguhnya aku telah memilih surga.”

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, sedikitnya ada hal yang bisa diambil dari seorang Umar bin Abdul Aziz ketika berkuasa dan menjadi pemimpin yang hanya ingin memajukan dan memakmurkan rakyatnya.
Sikap sederhananya selalu berhati-hati dalam setiap harta yang diperolehnya, tidak rakus dan tidak korupsi. Ia lebih memikirkan “perut” rakyatnya daripada “perut” dirinya dan keluarganya. Sehingga, waktunya banyak dihabiskan untuk bekerja keras agar rakyatnya makmur dan sejahtera.

Selain itu, kesederhanannya menyebabkan ia sangat dicintai rakyatnya. Rakyat bersamanya bahu-membahu untuk mewujudkan cita-cita menuju kesejahteraan. Mereka pun tak segan-segan untuk mengoreksi Umar bin Abdul Aziz jika melakukan kesalahan.

Pada suatu kesempatan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz salat Jumat di masjid bersama rakyatnya dengan baju yang bertambal di sana-sini. Salah satu jamaah bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu kenikmatan. Mengapa kau tak pergunakan pakaian yang bagus?”

Umar bin Abdul Aziz tertunduk sejenak, lalu ia mengangkat kepalanya dan menjawab, “Sesungguhnya berlaku sederhana yang paling baik adalah pada saat kita kaya, dan sebaik-baiknya pengampunan adalah saat kita berada pada posisi sebagai penguasa.”

Para pejabat sekarang jauh sekali dengan sifat-sifat yang ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, seorang pemimpin yang menghabiskan waktunya untuk kesejahteraan rakyatnya.

Reporter : Afif Ardiansyah

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pelantikan dan Pengukuhan 27 Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Pemprov NTT

Mata Indonesia, Kupang - Sebanyak 27 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dilantik dan dikukuhkan oleh Penjabat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini