Presiden Korsel Roh Tae Woo, Ibarat Dua Sisi Mata Uang

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Berbicara mengenai Korea Selatan, yang terlintas di benak Anda pasti drama Korea atau K-pop. Ada begitu banyak artis Korea yang terkenal hingga ke Indonesia dan memiliki jutaan fans di Tanah Air. Namun, belum banyak yang tahu bagaimana sejarah atau beberapa kisah tokoh yang membangun Korea Selatan.

Salah satu tokoh yang dianggap patut dikenang masyarakat Korea adalah Roh Tae Woo. Presiden Korea Selatan ke-6 ini menjadi presiden yang pertama kali mencetuskan pemilu demokratis di Korea.

Roh Tae Woo lahir pada 4 Desember 1932,  di Kabupaten Daegu, Provinsi Gyeongsang Utara. Sejak usia tujuh tahun, ia sudah menjadi anak yatim akibat ditinggal sang ayah yang mengalami kecelakaan.

Namun berkat bantuan sang paman, Roh bisa bersekolah di Sekolah Teknik Taegu. Karena kemampuannya yang diatas rata–rata, akhirnya ia dipindahkan ke sekolah menengah Kyongbuk.

Ia menjadi siswa berprestasi dan memiliki catatan sekolah yang baik.  Sosok Roh Tae Woo digambarkan sebagai siswa yang lembut dan pekerja keras dengan rasa tanggung jawab yang kuat. Saat sekolah, Roh berteman dengan Chun Doo Hwan yang merupakan Presiden Korea Selatan ke-5.

Roh Tae Woo menjadi presiden yang dipilih secara demokratis pada Juni 1987. Hal ini sempat menimbulkan gejolak demonstrasi karena keterlibatan Roh dalam kudeta militer pada 12 Desember 1979. Kudeta tersebut berhasil menggulingkan presiden Choi Kyu Ha.

Roh dikenal sebagai Mayor Jendral militer setelah perjalanan panjangnya menempuh pendidikan militer di wajib militer tamtama Artileri satuan. Sejak menjalani wajib militer, ia telah dipromosikan menjadi sersan Artileri. Kemudian ia masuk kedalam sekolah Akademi Militer.

Setelah kudeta militer selesai dan Presiden Chun Doo Hwan menjabat, Roh pun diangkat menjadi Menteri Olahraga. Bukan hanya itu, Roh dipercaya menjabat berbagai posisi, di antaranya:  Presiden Komite Penyelenggara Olimpiade Seoul dan Ketua Partai Keadilan Demokratik yang berkuasa tahun 1985.

Berkat usahanya membangun citra seorang reformis pada pemerintahan Chun Doo Hwan. Ia kemudian berhasil mengakhiri demonstrasi yang memprotesnya saat akan maju sebagai calon presiden.

Di bawah naungan Partai Keadilan Demokratik, Roh berpidato untuk berjanji menerapkan program reformasi secara luas. Yang terpenting adalah konstitusi baru yang lebih demokratis dan pemilihan presiden secara pemilu.

Roh akhirnya menang dalam pemilu pertama di Negara Gingseng dengan selisih tipis dari lawan politiknya, Kim Young Sam dan Kim dae Jung. Ia terpilih pada 16 Desember 1987 dan dilantik pada 25 Februari 1988. Selama kepemimpinannya, Roh berkomitmen pada kata “ Reformasi Demokrasi” dalam membuat berbagai kebijakan.

Tahun 1993, pengganti Roh, Kim Young-sam, memimpin kampanye anti-korupsi. Hal ini kemudian menimbulkan suatu bukti bahwa Roh dan Chun Doo-wan terlibat dalam kasus suap. Yang sangat mengecewakan adalah saat itu Kim telah menggabungkan partainya dengan Roh untuk sebuah kesepakatan yang memungkinkan Kim untuk memenangkan pemilu.

Kedua mantan presiden itu kemudian dituduh melakukan pemberontakan dan pengkhianatan atas peran mereka dalam kudeta tahun 1979 dan pembantaian Gwangju tahun 1980.

Keduanya dihukum pada bulan Agustus 1996 dengan tuntutan pengkhianatan, pemberontakan dan korupsi. Chun dijatuhi hukuman mati, kemudian diubah menjadi penjara seumur hidup.

Sementara Roh dituntut hukuman 22,5 tahun penjara. Namun hukuman itu dikurangi menjadi 17 tahun setelah melalui tingkat banding. Keduanya dibebaskan dari penjara pada Desember 1997, di bawah pemerintahan Presiden Kim Young-sam.

Reporter: Mega Suharti Rahayu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini