Pertempuran Khe Sanh, Kekalahan Pertama AS Melawan Vietnam

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA –  Perang yang paling dibenci Amerika Serikat adalah perang Vietnam. Perang ini berlangsung sekitar 19 tahun di paruh kedua abad ke-20. Salah satu episode paling penting dalam Perang Vietnam adalah pertempuran Khe Sanh yang terjadi antara 21 Januari hingga 9 Juli 1968. Pertempuran ini terjadi di wilayah Khe Sanh di barat laut provinsi Quang Tri, Republik Vietnam (Vietnam Selatan) ini berakhir dengan kekalahan AS.

Awalnya, pasukan utama AS berjaga-jaga mempertahankan pangkalan Tempur Khe Sanh. Para penjaga ini terdiri dari dua resimen korps Marinir AS, sejumlah kecil Angkatan Darat, dan sejumlah pasukan Republik Vietnam Selatan.

Mereka berhadapan dengan Tentara Rakyat Vietnam Utara. Sejak 1967, otoritas militer AS tak pernah menganggap serius berbagai upaya penyerangan di wilayah itu. Pasalnya, mereka tidak mendapatkan perlawanan berarti yang dilakukan pasukan musuh.

Namun, kali ini pasukan Vietnam Utara tidak main-main ketika menugaskan sejumlah besar kekuatan tempurnya ke wilayah tersebut.

Teori Domino

Sebenarnya AS punya keyakinan bahwa komunis Vietnam Utara akan segera mencaplok tetangganya Vietnam Selatan. Keyakinan Amerika Serikat itu sebutannya adalah teori domino. Yakni teori yang berspekulasi apabila dalam satu kawasan terdapat satu negara yang menjadi komunis, maka negara-negara lain yang berada di sekitarnya juga akan mengikutinya.

Sehingga strateginya adalah dengan cara memberikan dukungan militer dan ekonomi kepada Republik Vietnam (Vietnam Selatan) yang tengah terlibat dalam Perang Vietnam dengan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara).

Sebagai informasi, dalam Perang Vietnam, Vietnam Selatan bersekutu dengan Amerika Serikat, Thailand, Filipina, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Sementara Vietnam Utara bersekutu dengan Uni Soviet, Korea Utara, Tiongkok, Mongolia, dan Kuba.

Untuk itulah di tahun 1966 Amerika Serikat mengirimkan sekitar 500 pasukan ke Vietnam Selatan. Adapun markas Amerika Serikat berada di Khe Sanh, yang letaknya berdekatan dengan perbatasan Vietnam Utara mendapat penjagaan sangat ketat dari pasukan AS dan Vietnam.

Benar saja. Teori itu terbukti. Pada 21 Januari 1968, Pangkalan Militer Khe Sanh Amerika Serikat diserang Vietnam Utara. Serangan ini tak hanya merebut markas saja tapi juga merembet terus ke dalam.

Di awal Februari wilayah Khe Sanh menjadi milik tentara Vietnam Utara. Nyaris setiap hari wilayah ini mendapat serangan bom dari pasukan Vietnam Utara dengan 70 ribu granat.

Serangan ini terus gencar dilakukan setiap hari. Media AS pun sibuk memberitakan kekalahan demi kekalahan yang dialami AS. Puncaknya pada Oktober 1967, pasukan Vietnam Utara gencar menyerang benteng Con Thien di puncak bukit di tengah garis pertahanan lawan. Konon, frekuensi serangan mencapai ratusan peluru per hari.

Di samping menyerang Con Thien, pasukan Vietnam Utara juga menyerbu batalion Angkatan Darat Vietnam di Song Be, yang juga merupakan pangkalan milik AS. Penyerbuan berdurasi beberapa hari ini sempat memakan korban sebelum akhirnya berhenti.

Dua hari kemudian, Resimen ke-273 Vietnam Utara lagi-lagi menyerang sebuah markas pasukan khusus di dekat kota perbatasan Loc Ninh. Jenderal William Wetmoreland, komandan militer AS di Vietnam, tak punya banyak pilihan. Ia merespons situasi itu dengan Operation Neutralize. Operasi ini bertujuan untuk memecah kepungan musuh dengan serangan laut dan udara berupa 40 ribu ton bom. Hasilnya, pasukan AS mampu bertahan selama 10 hari dan menyerang balik hingga memukul mundur lawannya hingga ke Kamboja.

Pertempuran serupa terjadi berulang kali, baik di wilayah pergunungan, laut, maupun di dataran rendah. Otoritas militer AS pun akhirnya mulai resah dan membuat keputusan untuk mencurahkan lebih banyak perhatian pada Khe Sanh.

Meski begitu, mereka masih ragu mengenai masa depan pangkalan ini karena mempertahankannya mati-matian dari strategi gerilya musuh akan memakan begitu banyak biaya dan tenaga. Bagi Westmoreland, pilihan untuk mempertahankan Khe Sanh atau justru meninggalkannya adalah pilihan yang cukup jelas.

Westmoreland kemudian memutuskan untuk memperjuangkan pangkalan Khe Sanh.

Pada awal Desember 1967, tentara Vietnam Utara menunjuk Mayor Jenderal Tran Qui Hai sebagai komandan lokal untuk menjalankan berbagai operasi militer kecil di sekitar Khe Sanh. Ia mendapat pendampingan seorang komisaris politik, Le Quang Dao.

Langkah pertama yang mereka ambil adalah mendirikan markas di sekitar wilayah itu.

Hingga Desember 1967, tak ada serangan baik dari Amerika maupun Vietnam Utara. Pihak komunis menyiapkan cadangan pasukan untuk memenangkan perang.

Pada malam hari 2 Januari 1968, enam orang pria dengan pakaian hitam terlihat di luar kawat pertahanan pangkalan utama Khe Sanh. Karena tampak mencurigakan dan tak merespons komunikasi, mereka pun mendapat tembakan. Lima orang tewas di tempat, sementara satu orang berhasil kabur meski terluka cukup parah. Peristiwa ini membuat Robert Cushman, komandan Marinir AS, segera memperkuat pasukannya.

Keputusan ini sekaligus menandai untuk pertama kalinya ketiga batalion marinir AS bertugas bersamaan sejak pertempuran Iwo Jima di Perang Dunia II.

Pada 20 Januari 1968, La Thanh Ton, letnan divisi 325 Vietnam Utara, membelot dan membeberkan seluruh rencana serangan. Pada pukul 00.30 21 Januari, Wilayah Hill 861 mendapat serangan dari 300 pasukan Vietnam Utara. Meski ada pasukan marinir, AS untuk kesekiankalinya mengakui kekalahan mereka.

Kekalahan ini mendapat sorotan dari Media AS. Mereka mulai membandingkan Pertempuran Khe Sanh dengan Perang Dien Bien Phu 1954 yang begitu merugikan bagi Prancis. Meski begitu, Presiden Lyndon Johnson justru memerintahkan untuk mempertahankan khe Sanh dengan segala cara.

Pihak militer menanggapi keputusan presiden dengan melakukan serangan udara yang semakin gencar guna menetralisasi wilayah sekitar Khe Sanh. Namun di akhir perang, AS justru angkat kaki dari pangkalan Khe Sanh. Keputusan tersebut mengejutkan banyak kalangan. Alasan AS hanya satu, pangkalan itu tak lagi jadi prioritas utama mereka

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini