Pahlawan Terakhir dari Republik: Pompeius yang Agung

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Walau bukan seorang bangsawan, ternyata Pompeius aluas Pompei bisa jadi orang yang berpengaruh. Pada masanya, ia adalah figur yang berani dan cerdas di era Republik Romawi Akhir.

Ia memulai karirnya di militer sejak belia. Dan ikut bertempur dengan sang Ayah. Tapi ternyata ini bukan sebuah pencapaian karena Pompeius bukanlah orang yang punya reputasi bagus. Ia terkenal serakah dan jahat. Ia juga bukan Romawi asli karena lahir di luar kota.

Tapi, Pompei tetap bisa membuktikannya dengan menikahi anak dari hakim persidangannya. Setelah itu, ia bergabung dengan Sulla, salah satu tokoh berpengaruh juga yang menjadi wadah mengasah kemampuan Pompeius.

Bersama Sulla, mereka memenangkan banyak pertarungan. Di Sisilia dan Sardinia. Pencapaian terbesarnya terjadi di Afrika. Pompeius menggulingkan rajanya dan menandai tempat tersebut dengan Kekaisaran Romawi.

Dari sini ia dapat upacara perayaan kemenangan yang ia minta dari Sulla. Di perayaan inilah ia mendapatkan julukan ‘yang Agung’ di namanya.

Setelah Sulla meninggal, Pompei pergi ke Spanyol. Di sana ia bertarung dengan Sertorius—pemimpin yang awalnya adalah pengikut Pompei

Sayangnya, pertarungan ini menjadi kekalahan terbesar Pompei. Ia baru bisa memenangkan perangnya dengan membuat pengikut Sertorius berkhianat dan membunuh sang pemimpin.

Dengan berbagai capaiannya, dia terkenal di Romawi. Tapi para senat tidak suka kepada Pompei yang telah melanggar tradisi. Melawan penilaian jelek mereka, Pompei berhasil menghapus perbudakan dan pembajakan yang kerap terjadi. Pembuktian ini memperkuat ekonomi Romawi saat itu.

Ia juga membantu perang melawan Mithriadates VI dari Pontus. Perang ini cukup memakan waktu karena pemimpinnya yang kabur terus sampai akhirnya ia bunuh diri.

Dengan Romawi memenangkan perang ini, Pompei memimpin invasi ke Syria. Sekali lagi, ia mendapat sebuah perayaan atas kemenangannya. Kali ini perayaannya berlangsung selama 2 hari.

Romawi tentu berjaya dengan berbagai kemenangan ini. Menurut mereka, Pompei sudah seperti penguasa dunia pokoknya. Dia bisa menguasai daerah Timur, menang dalam pertarungan dengan Spanyol, menghapus perbudakan dan pembajakan.

Titel ‘Pompeius yang Agung’ sangat cocok untuknya.

Untuk memperkuat pencapaian ini, ia butuh bantuan dan dukungan. Maka terbentuklah Tiga Serangkai. Isinya Pompei, Julius Caesar, dan Crassus. Pompei bahkan menikahi putri Caesar untuk mengikat persatuan ini.

Fungsi mereka saling melengkapi. Pompei sebagai jenderal perang, Julius Caesar dengan koneksi politiknya, dan Crassus yang punya uang banyak.

Sayangnya, Caesar justru meninggalkan Romawi untuk bertempur di Prancis. Sejak itu, berbagai urusan menjadi tanggung jawab Pompei dan Crassus. Hubungan mereka baru memburuk setelah Julia (anak Caesar) meninggal dan Crassus terbunuh.

Mau tidak mau, Julius Caesar menjadi lawan dan musuh Pompei.

Hal ini akrena Senat yang sudah membenci Julius Caesar. Jadi, peran Caesar dan Pompei sekarang terbalik.

Akhirnya terjadi perang antara Caesar dan Pompei. Di pertarungan kali ini, Pompei kalah atas pasukan Caesar yang sudah terlatih.

Perseteruan berlanjut pada 48 SM. Pompei kalah lagi. Tapi kali ini, ia hendak meminta bantuan ke Alexandria dan Rajanya, Ptolemy XIII yang pernah ia bantu sebelumnya.

Namun ternyata Pompeius justru malah mendapatkan penghianatan.  Bukannya raja mesir ini membantu. Ia malah membunuh dan memenggal kepala Pompei.

Raja Mesir Ptolemy XIII menyerahkan kepalanya kepada Julius Caesar. Anehnya, sang pemenang justru jijik dengan hal tersebut—beberapa berkata bahwa Julius Caesar justru menangis saat mendengar berita kematian Pompei.

Bagaimapun, Pompei merupakan orang yang pernah ia hormati dan juga menantunya sendiri.

Begitulah kehidupan seorang Pompeius yang Agung. Rumit dan banyak tragedi. Dia merupakan jenderal yang hebat, tapi bermasalah karena kerap melanggar tradisi.

Julius Caesar, Sulla dan Pompey. Tiga serangkai pemimpin Romawi
Julius Caesar, Sulla dan Pompey. Tiga serangkai pemimpin Romawi

Ia juga berhasil menduduki banyak daerah dan membawa hal baik bagi bangsanya, tapi para senat tidak menyukainya. Bukan cuma ‘Agung’ tapi kata ‘rumit’ juga sepertinya cocok untuk mendeskripsikan Pompei.

Dengan kematiannya, Tiga Serangkai pun berakhir. Begitu pula Republik Romawi. Lalu menyusul pembunuhan Julius Caesar di gedung Pompei. Berakhirlah masa republik dan muncul sebuah Kekaisaran Romawi.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pelantikan dan Pengukuhan 27 Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Pemprov NTT

Mata Indonesia, Kupang - Sebanyak 27 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dilantik dan dikukuhkan oleh Penjabat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini