‘O’opu, Ikan Langka asal Hawaii yang Piawai Memanjat Tebing

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ikan ‘O’opu, yang berasal dari Hawaii ini memiliki kemampuan memanjat air terjun dengan ketinggian lebih dari 300 meter. Menurut Tim Grabowski, kepala Unit Riset Perikanan Koperasi Hawaii dari Survei Geologi AS, sebagian besar sungai di sepanjang Pantai Hamakua mendukung populasi ‘O’opu.

Meskipun terdapat puluhan aliran air sungai sepanjang 80 kilometer dari tepi laut, tidak banyak yang bisa diakses oleh publik. Jalan yang curam harus ditempuh untuk dapat menuju tempat di mana ikan ‘O’opu hidup.

‘O’opu merupakan ikan yang termasuk golongan ikan keluarga Gobiidae, hal ini mengacu pada jenis ikan air tawar. Mereka memanjat tebing menggunakan sirip mereka yang berbentuk cangkir isap.

Terdapat empat jenis ikan goby, di mana satu spesies ikan bernama sleeper goby merupakan ikan air tawar asli. Ilmuwan mengatakan ‘o’opu sebagian besar endemik, kurang dipelajari dan terancam oleh pembangunan di sekitar habitat asli mereka.

Ikan ini berukuran kecil dan biasanya berwarna coklat. Mereka sangat pandai berkamuflase. Setiap spesies menyukai habitat tertentu di sepanjang aliran sungai. Untuk ikan ini, ketika dewasa mereka lebih memilih kolam atau aliran terpencil.

Dengan curah hujan tahunan lebih dari 200 cm, Pantai Hamakua yang hijau di Pulau Hawaii memiliki air terjun melimpah.

Hanya lima spesies asli ‘o’opu yang telah berevolusi untuk mengatasi aliran air tawar Hawaii yang deras dan empat di antaranya telah mengembangkan kemampuan luar biasa untuk memanjat tebing.

“Ikan air tawar Hawaii sangat kurang dipelajari. Tidak banyak literatur tentang ‘o’opu di luar sana dan masih banyak aspek biologi dan ekologi dasar yang sebagian besar tidak diketahui,” kata Grabowski.

“‘O’opu terbesar, mungkin tidak dapat melewati bagian paling bawah dari kebanyakan aliran air terjun,” ucap Grabowski.

Namun, apa yang diketahui para ilmuwan sungguh menakjubkan. Seorang ahli ekologi penelitian akuatik di Pacific Southwest Research Station, bagian dari US Forest Service, Richard MacKenzie mengatakan bahwa ikan dapat menempel di sisi air terjun.

“Kemudian mereka seperti menaiki air terjun, biasanya di tepi aliran air,” kata Richard.

Seperti spesies ikan lain dalam keluarga goby di seluruh dunia, sirip perut ikan ‘o’opu menyatu untuk membuat mangkuk pengisap. Ikan ini menggunakan alat hisap dan mulutnya, yang berevolusi untuk mengikis ganggang dari bebatuan, untuk mengangkut diri mereka sendiri ke atas bebatuan, ke permukaan tebing vertikal yang terjal.

Untuk ukuran ‘O’opu,  mengacu kepada pada ‘o’opu nakea (Awaous guamensis), bahwa ikan ini dapat tumbuh sekitar 30cm. Ketika melangkah lebih jauh ke pedalaman, yang akan ditemukan hanyalah ikan yang berukuran kecil.

‘O’opu nopili (Sicyopterus stimpsoni) atau ‘O’opu biasanya memiliki panjang sekitar 18cm, di mana hewan ini dapat memanjat tebing setinggi 41 meter. O’opu’ alamo’o (Lentipes concolor) atau ikan goby berwarna hitam dan oranye, adalah pendaki terkuat.

Ikan ini ditemukan di kolam di atas beberapa air terjun tertinggi di Hawaii, termasuk air terjun Hi’ilawe setinggi lebih dari 300m di Lembah Waipio Hamakua utara. Itu jarak yang jauh untuk ikan yang tumbuh tidak lebih dari 13cm.

Untuk ‘o’opu, itu sering berarti bergelayut di tepi air terjun alih-alih di bagian tengah. Ini menimbulkan tantangan tersendiri.

“Masalah sebenarnya bagi ikan yang keluar dari air adalah bukan saat bernapas (selama insang dan kulitnya basah). Tanpa kemampuan untuk kencing di insang, ikan berada dalam bahaya toksisitas amonia,” jelas Grabowski.

“Bahaya sebenarnya terkait dengan pembuangan kotoran. Ikan ternyata juga menggunakan insangnya untuk membuang nitrogen,” ucapnya.

Meskipun para ilmuwan tidak tahu persis bagaimana caranya, ikan goby dapat memanjat air terjun, mereka yakin bahwa hewan ini tampaknya telah beradaptasi untuk mengatasi masalah ini.

Tapi, mengapa harus susah-susah memanjat? Berbagai macam penjelasan dinyatakan untuk menjawab pertanyaan ini. Salah satunya, para ilmuwan yakin bahwa hal itu dilakukan hewan ini sebagai kekhasan spesies dan menghindari persaingan satu sama lain.

Ikan goby terdapat di enam pulau Hawaii, tetapi Bob Kinzie, seorang profesor zoologi emeritus di Universitas Hawaii di Manoa di Oahu berkata, “Kami hampir tidak tahu tentang jumlah atau distribusi populasi ikan itu di pulau.”

Hal ini membuat sulit untuk menentukan bagaimana populasi ini mungkin berubah dari waktu ke waktu. Ekosistem asli Hawaii telah mengalami perubahan besar dalam 200 tahun lebih sejak orang Eropa datang ke pantainya.

Karena kepulauan ini terpencil, banyak makhluk telah berevolusi untuk berkembang di sini, tetapi adaptasi spesifik tersebut sering terbukti merugikan ketika perubahan datang dengan cepat.

Karena itu, Hawaii mendapatkan julukan seperti “ibu kota kepunahan dunia” dan “ibu kota spesies yang terancam punah di dunia” karena sekitar 75% dari semua kepunahan tumbuhan dan hewan di AS terjadi di negara bagian itu.

Sama halnya dengan Ikan goby si pemanjat air terjun habitatnya sangat berisiko. Hal ini karena habitat mereka yang unik, sebuah aliran yang melintasi semua ekosistem pulau dari garis pantai hingga pegunungan tinggi. Perubahan radikal apa pun di sepanjang aliran air dapat memengaruhi ekosistem ikan yang rapuh.

Selama berabad-abad, penduduk asli Hawaii memahami kerapuhan lingkungan pulau mereka dan mencoba melindungi wilayah yang mereka sebut ahupua’a, yang membentang dari gunung ke laut. Namun, pengembangan oleh masyarakat modern belum sebaik itu.

Ikan kecil ‘o’opu tidak terlahir sebagai pendaki, mereka berenang melawan arus menuju sungai dan menghabiskan beberapa hari untuk tumbuh, dan dalam beberapa kasus, berubah secara fisik sebelum mewujudkan kemampuan untuk memanjat.

Lebih jauh ke selatan, jalan Taman Air Terjun Akaka mengarah ke sebuah air terjun setinggi 135 meter yang mengesankan dan menjadi tempat yang digemari ikan goby.

Di anjungan pengamatan, ada papan nama bertuliskan “‘o’opu’ alamo’o”, yang mengacu pada cerita rakyat naga air Polinesia yang bisa berubah bentuk, atau “mo’o”.

Mo’o merupakan semacam monster yang ditakuti dan dikagumi, meski jarang terlihat. Kedua makhluk itu memiliki bentuk kepala yang sama, meskipun ‘o’opu kecil tidak dapat membawa banjir atau mengubah cuaca seperti yang dilakukan naga air, ikan itu merupakan indikator aliran air yang sehat.

Jadi, seperti mo’o, ikan pemanjat ini adalah penjaga yang berhak atas sumber daya air tawar yang berharga di pulau itu.

Reporter: Mega Suharti Rahayu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini