Menilik Kehidupan Naajmi Wicaksono, Penderita Bipolar sekaligus BPD, Gimana Rasanya?

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Beberapa dari kita tentu sudah pernah mendengar istilah bipolar. Bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya perubahaan mood secara drastis.

Hal ini membuat orang dengan gangguan bipolar memiliki episode mood yang sangat bahagia (mania) atau sangat sedih (depresi). Sering kali, di antara perubahan keduanya, pasien tetap mengalami mood yang normal.

Naajmi Wicaksono dengan senangnya berbagi mengenai pengalamannya sebagai seseorang yang mengidap bipolar.

Menjadi seorang mental health influencer adalah salah satu hal positif yang diperoleh Naajmi Wicaksono sebagai pengidap bipolar. Dirinya sering diundang ke beberapa acara seminar untuk berbagi pengetahuan tentang gangguan mental.

Naajmi bercerita, bahwa ia telah mengalami gangguan mental sejak kecil. Namun saat itu, ia masih cuek dan menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang umum.

Barulah saat menduduki bangku SMA, Naajmi merasa stress karena sempat dibully oleh teman-temannya. Saking stressnya, ia sering tidak tidur sama sekali.

Hingga tibalah pada klimaksnya. Tahun 2011, masa-masa di mana ia sedang menyiapkan pernikahan, mood-nya sering kali berubah dengan ekstrem.

Ia pernah hampir melompat dari lantai 25 suatu apartemen. Sebelum melompat, ia sempat mengirim pesan kepada kerabatnya bahwa jika mereka tidak menemukan Naajmi, itu berarti ia ‘tidak ada’. Syukurnya, suami dan mertuanya tiba di waktu yang tepat dan menghentikan aksi percobaan bunuh diri Naajmi.

Aksi nekat lainnya yang pernah ia lakukan adalah mencoba untuk memotong urat nadinya sendiri. Ia ingin merasakan kelegaan setelah cutting, dengan memindahkan rasa sakit di hatinya ke sayatan-sayatan yang dibuatnya. Beruntung, ayahnya datang dan menyelamatkan putri kesayangannya itu.

Tak sampai di situ, ia juga pernah hampir melompat dari jembatan penyeberangan dan meminum cairan pembersih toilet di hari yang sama. Lagi-lagi semua aksi mematikannya tersebut berhasil dihentikan.

Dari semua aksi yang pernah ia coba, barulah ia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada dirinya. Penasaran, akhirnya ia mencari tahu lewat internet.

“Aku coba cari-cari di internet. Terus merasa, kok gejalanya mirip ya sama yang aku alami? Dari situ aku sadar, ternyata penyakit mental tuh ada. Nggak cuma gila, tapi ada yang lainnya,” ujar pemilik akun blog Hujan Di Senja tersebut kepada MINEWS pada Selasa 5 November 2019.

Cerita berlanjut ketika ia dan suaminya bertengkar hebat karena hal sepele. Ia emosi, menangis hingga pagi dan melempar apapun yang ada di sekitarnya. Akhirnya ia dan suami sepakat untuk pergi ke psikiater. Sejak itulah ia dipastikan menderita bipolar disorder pada tahun 2013.

Kesulitan yang dialami tidak berhenti di sana. Ia memutuskan untuk terbuka akan kondisi mentalnya kepada keluarga dan kerabat terdekatnya. Tidak semua keluarganya menerima kondisinya, termasuk ibunya yang justru menganggap bahwa Naajmi hanya kurang mendekatkan diri kepada Tuhan.

Sama halnya saat ia melamar untuk bekerja. Naajmi merasa sangat sulit untuknya mendapatkan pekerjaan karena setelah ia mengaku bahwa ia menderita bipolar, banyak perusahaan yang selalu menolaknya.

Merasa lelah dengan keadaan, Naajmi akhirnya menjalani treatment rutin. Mulai rajin ke psikiater dan psikolog untuk bercerita mengenai kesulitan yang ia alami. Semenjak rajin berobat, ia mulai bisa mengontrol emosinya selama setahun belakangan.

Bipolarnya dinyatakan aman, namun awal tahun 2019 ia mulai merasa adanya keanehan lain tentang mentalnya. Berbeda dengan gejala bipolar, gangguan mentalnya yang satu ini dirasa lebih membahayakan dirinya. Untuk kedua kalinya ia pergi ke psikiater.

Ternyata ia mengidap gangguan mental lain, yaitu Borderline Personality Disorder (BPD). BPD adalah gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati serta citra diri yang senantiasa berubah-ubah, dan perilaku yang impulsif.

Naajmi merasa kondisi ini dipicu karena suaminya yang sibuk dengan pekerjaan dan tidak meluangkan waktu untuk dirinya di saat ia sedang depresi. Akhirnya ia mencari perhatian suaminya dengan menyiksa diri sendiri, yaitu membenturkan kepalanya ke tembok.

Merasa lebih membutuhkan pengobatan lagi, ia kembali rutin bolak-balik konsultasi ke psikiater dan psikolog. Sejak treatment rutinnya itu ia merasa dirinya lebih tenang dan bisa mengendalikan emosinya di saat-saat penyakitnya ‘kambuh’.

Naajmi mengaku, ia merasa lelah menghadapi kesehatan mentalnya selama ini. “Capek loh, punya gangguan mental itu capek banget. Makanya kalau ada yang ngaku punya mental illness cuma buat keren-kerenan doang, rasanya pengen gaplok,” ujarnya diselingi tawa.

Bercermin dari kisah inspiratif Naajmi Wicaksono, sangat disayangkan bahwa pendidikan mengenai mental illness ini masih sangat minim di Indonesia. Padahal pengetahuan akan pencegahan dan cara menangani gangguan mental justru lebih baik diajarkan sejak dini.

Naajmi sangat menyayangkan bahwa masih banyak orang yang belum begitu paham akan adanya gangguan mental. Orang-orang masih tidak menanggapinya dengan serius dan menganggap bahwa itu adalah hal yang wajar dialami seseorang.

Padahal jika tidak segera diketahui dan ditangani, mental illness bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Misalnya, percobaan bunuh diri, atau melampiaskan emosinya dengan kekerasan kepada orang sekitar. (Dinda)

Berita Terbaru

Danrem 072/Pamungkas Hadiri Rapat Koordinasi Lintas Sektoral Pengamanan Mudik Idul Fitri 1445 H

Mata Indonesia, Magelang - Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Zainul Bahar, S.H., M.Si hadiri Rapat Koordinasi Lintas Sektoral dalam rangka Pengamanan Hari Raya Idul Fitri 1445 H bertempat di Semanggi Ballroom Hotel Artos, Jl. Mayjen Bambang Soegeng No.1, Kedungdowo, Mertoyudan, Magelang, Jawa tengah. Jumat, (29/3/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini